Rasanya tidak lengkap bila memakan satai tanpa lontong. Biasanya, lontong dalam menu satai menjadi pengganti dari nasi. Berbicara mengenai lontong, ternyata di Indonesia terdapat satu kampung dimana didominasi oleh pembuat lontong. Sudah tahu belum?
Ya, tepatnya di Jalan Banyu Urip 10 dan 11, Surabaya, Jawa Timur, tempat yang diberi julukan kampung lontong ini ada. Sebelum adanya kampung lontong, kampung ini sebagai sentra perajin tempe. Semuanya bermula dari tahun 1980-an, saat itu seorang warga bernama Ramiah merasa bahwa semakin ketatnya usaha tempe membuat dirinya tertarik untuk membuat lontong.
Lontong yang dibuat oleh Ramiah mendapatkan respon positif dari pembeli. Biasanya, Ramiah menjual lontong tersebut di tempat dirinya biasa berdagang tempe dan ayam di pasar. Semakin tingginya tingkat permintaan lontong membuat Ramiah akhirnya dibantu para tetangga dalam memproduksinya. Dari situlah akhirnya jumlah pembuat lontong semakin ramai.
“Waktu itu hanya beberapa warga saja yang aktif membuat lontong. Tapi perlahan-lahan warga yang lainnya mengikuti usaha ini dan mulai banyak bermunculan rumah-rumah produksi lontong ini. Ya rata-rata ibu rumah tangga yang membuat lontong,” ujar Ani selaku pembuat lontong yang dikutip dari detik.com.
Dikarenakan hampir 100 warga kampung ini menjadi pengusaha lontong, tidak mengherankan bila kampung lontong menjadi salah satu kampung UKM terbesar di Surabaya. Bayangkan saja, dalam satu hari setiap pembuat lontong dapat menghasilkan 400 biji hingga 1 kuintal lontong! Belum lagi kampung yang berlokasi di Surabaya tersebut menjadi satu di antara 14 destinasi kampung unggulan dalam Preparatory Committee UN Habitat III pada 25-27 Juli 2016 silam.
Lantas, adakah resep rahasia cara membuat lontong dari kampung lontong yang berlokasi di Surabaya ini?
Ani menjelaskan, sebelum memasak lontong, terdapat dua merek beras yang digunakan dan dicampur dengan menggunakan beras bulog. Untuk menentukan bungkus lontongnya, warga kampung lontong biasanya memilih daun pisang klutuk.
Menurutnya, jika menggunakan daun pisang jenis lain besar kemungkinan lontongnya akan berbeda mulai dari segi warna yang menjadi merah, bau tidak sedap dan rasanya pahit. Lanjut ke proses pembuatan lontong. Dibutuhkan sekitar dua karung beras, gas elpiji berukuran 3 kilogram, dan 500 helai daun pisang.
Seperti membuat lontong pada umumnya, beras dimasukkan ke bungkus yang terbuat dari daun pisang yang dibentuk bulat panjang. Tidak lupa Ani membuat lubang di bagian ujungnya agar beras tidak tumpah. Setelahnya, bungkus yang berisi beras tersebut direbus dalam panci berukuran besar dan memerlukan waktu 4-5 jam.
Ani dengan warga lain menjual lontong produksinya di Pasar Keputran, Pasar Jarak, Pasar Tembok, dan tempat lainnya bahkan sampai ke berbagai kota seperti Sidoarjo, Gresik, Malang, dan Bojonegoro. Dari memproduksi 400 biji hingga 1 kuintal lontong, penghasilan warga kampung lontong per bulannya bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp90 juta.