Para ilmuwan dari Universitas Leeds, Inggris, baru-baru ini menerbitkan jurnal Scientific Advances yang menerangkan mengenai pencairan es di Antartika sejak 1997. Jurnal tersebut dipublikasi pada 12 Oktober 2023.
Dalam jurnal Scientific Advances tersebut tercatat, bahwa sejak 1997, lapisan es di Antartika menyusut lebih dari 40 persen dan setengahnya tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Tentu saja, hal ini menjadi peringatan keras terhadap bahawa efek pemanasan global.
Selain itu, para ilmuwan di Universitas Leeds menjelaskan bahwa 60 ton es hilang di wilayah barat Antartika, sementara 59 ton bertambah di wilayah timur antara 1997 hingga 2021. Dengan begitu, secara total ada “kerugian bersih” es Antartika yang berada di kutub selatan Bumi, sebesar 7,5 ton selama periode tersebut.
Pada sisi barat Antartika sendiri, peneliti mengungkapkan air di wilayah tersebut sudah mulai menghangat yang mengakibatkan es mencair. Sementara, pada bagian timur lapisan es tetap sama atau bertambah karena suhu air di sana lebih dingin.
Untuk diketahui, lapisan-lapisan es yang berada di ujung gletser berfungsi untuk memperlambat laju aliran ke laut. Ketika lapisan es tersebut menyusut, gletser melepaskan lebih banyak air tawar ke laut sehingga dapat mengganggu arus selatan samudera.
Pakar observasi Bumi dan pemimpin studi Universitas Leeds, Benjamin Davison mengatakan ada beragam faktor tentang kerusakan lapisan es. Salah satunya berkaitan dengan suhu laut dan arus laut di sekitar Antartika.
“Separuh [es] bagian barat terkena air hangat yang dapat dengan cepat mengikis lapisan es dari bawah, sedangkan besar Antartika bagian timur saat ini terlindungi dari air hangat di dekatnya oleh lapisan air dingin di pantai,” jelas Benjamin Davison seperti dikutip The Guardian.
Adapun cara peneliti dalam mengukur perubahan es dari tahun ke tahun yaitu dengan menggunakan satelit yang dapat menembus lapisan es tebal selama malam kutub yang panjang. Dalam mengukur perubahan es tersebut, dibutuhkan 100 ribu gambar yang diambil dari luar angkasa, dan gambar tersebut dianalisa kesehatan lapisan es-nya untuk mengetahui dampaknya bagi wilayah-wilayah di dunia.
Hasil analisa ilmuwan Universitas Leeds, tercatat diperkirakan 67 triliun ton air tawar telah dilepaskan ke laut selama periode 25 tahun dan mempengaruhi arus laut yang mengangkut panas dan nutrisi ke seluruh dunia.
Di sisi lain, para ilmuwan Perancis menganalisis 78 inti es Antartika untuk menciptakan kembali suhu 1.000 tahun yang lalu dan menemukan bahwa pemanasan di seluruh benua berada di luar perkiraan perubahan alami. Artinya, jika pemanasan global terus terjadi, maka “es abadi” di wilayah Antartika tidak mungkin akan kembali dan mengakibatkan perubahan iklim di seluruh dunia.