Indonesia dipastikan akan menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi dua puluh negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa atau disebut G20 pada 30-31 Oktober 2022 mendatang di Bali.
Untuk mendukung G20 di Nusa Dua, Bali tersebut, sejumlah hotel bintang 5 pun akan memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang disediakan oleh PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY). Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Utama Sky Energi Indonesia, Christopher Liawan pada acara virtual, Rabu (23/3/2022).
“Targetnya ada lima hotel di daerah tersebut, kami proyeksikan sebelum acara G20 diselenggarakan atau pada Oktober 2022 sudah dipasang. Selain itu, kami juga akan memasang PLTS Atap di gedung pemerintahan di Bali,” jelas Christopher Liawan.
Selain itu, pihak JSKY juga akan membangun manufaktur panel surya dengan kapasitas 100 MW di kawasan industri Bali untuk pasar lokal. Pembangunan ini merupakan bentuk komitmen JSKY dalam mendukung pengembangan energi bersih di Indonesia.
“Jadi ini merupakan sumbangsih Sky Energy dari produk dan proyek pemerintah. Diharapkan dengan berkembangnya EBT kami bisa terus support dan mendirikan serta memperluas kapasitas produk dengan kualitas internasional,” tambahnya.
Sky Energy sendiri di tahun 2022 menargetkan pendapatan sekitar Rp340 miliar. Jumlah tersebut meningkat sebesar 256% dari tahun sebelumnya. Leverege yang ditargetkan secara konservatif antara 5%-7% dari total penjualan atau merge marjin.
Saat ini pun, katalis positif Sky Energy dalam menargetkan kinerjanya selain dari pasar ekspor, juga mulai membidik pasar lokal. Untuk bisa mewujudkan target tersebut, JSKY mempersiapkan dua strategi, yakni menyasar program pemerintah dan masuk ke segmen retail untuk pengembangan properti.
Sekedar informasi saja, dalam webinar bertemakan “PLTS Atap untuk Industri, Siapa yang Untung?” tersebut, Christopher Liawan juga memaparkan kajian, jika 92% masyarakat di Indonesia masih memiliki keraguan untuk menggunakan PLTS Atap.
Keraguan masyarakat tersebut dikarenakan, kurangnya edukasi atau pemahaman mengenai teknologi PLTS Atap, menganggap harganya mahal, dan belum mendapat jawaban yang tepat terkait produk dan manfaat penghematan dari PLTS Atap. Ditambah lagi infrastruktur bangunan di Indonesia masih belum mampu mendukung penggunaan solar panel atap konvensional.