Semua ini berawal ketika sang founder, Helianti Hilman, berlibur ke Inggris. Ia sempat terpesona dengan toko bahan makanan organik yang dikelola petani lokal di negara tersebut. “Saya pun akhirnya berpikir, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Mengapa tidak menciptakan ragam produk pertanian organik yang berkualitas? Maka dari itu saya mendirikan Javara,” ujar Helianti.
Dari ide sederhana itulah, dirinya mulai menjalin hubungan dengan komunitas petani yang kemudian menjadi produsen pertama dari produk Javara.
Javara yang berdiri di tahun 2008 ini awalnya memilih beberapa varian beras lokal yang sudah langka seperti Mentik Susu, Cempo Merah, Jenggot Netep, Wangi Menyan, dan Andel Abang. Produk-produk organik yang langka tersebut kemudian dikemas dengan berat antara 400 gram dan 5kg. Karena langka, maka beras lokal yang dipilih oleh Javara tersebut dipatok harga yang lebih tinggi 2-3 kali lipat dari harga beras normal. Walaupun memiliki harga yang tinggi, namun Javara mengklaim bahwa produk mereka organik, sehat, alami dan diproduksi oleh komunitas petani dari daerah terpencil.
Ketika Javara pertama kali dipasarkan di pasar domestik, tidak semua orang menerima. Hal ini dikarenakan orang di Indonesia kurang berminat dengan produk organik. “Produk organik tidak seperti sekarang, dulunya sangat minim peminat. Namun kini pasar Indonesia mulai aware dan menerima produk organik,” ujar Helianti
Selain dipasarkan untuk domestik, Javara juga menjajal pasar global di tahun 2011. Tidak disangka, ketika produk Javara diekspor ke Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Italia, dan Jerman, mereka menuai sukses. Agar pasar global Javara lebih meluas, Helianti giat mengikuti pameran produk organik di mancanegara seperti Biofach, SIAL Paris, dan SIAL Kanada.
Semakin dikenal di masyarakat, Java memutuskan untuk menambah varian produk. “Kami menambah kacang hijau, aneka rempah, madu, garam, gula aren, kacang mete, virgin coconut oil, dan masih banyak lagi,” jelas Helianti.
Total kini ada 640 varian produk yang diproduksi dengan bantuan 52 ribu petani di Indonesia dengan 1.200 di antaranya tersertifikasi petani organik dan melibatkan 2.000 artisan. Omzet Javara mencapai Rp 35-40 miliar per tahunnya.
Bahkan di tahun 2018 lalu, Javara berinovasi dengan mendirikan concept store bernama Javara Culture. Berkonsep one stop shopping, selain menjual produk Javara, store ini juga menghadirkan sajian masakan Indonesia otentik yang menggunakan bahan baku dari Javara, serta belajar mengenal berbagai rempah Indonesia melalui workshop. Javara Culture berada di beberapa titik seperti Kemang (Jakarta Selatan), Semarang (Jawa Tengah), dan Nusa Dua (Bali).