Desa Jatisura yang terletak di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat sejak lama dikenal sebagai penghasil genting. Warga setempat pun bergantung kepada ratusan pabrik genteng (jebor) untuk menghidupi keluarga mereka. Namun krisis moneter tahun 1998 membuat industri jebor di Kabupaten Majalengka merosot yang mengakibatkan perekonomian lokal melemah.
Untuk meningkatkan kembali perekonomian warga desa Jatisura yang terkena imbas krisis moneter 1998, Arief Yudi Rahman bersama Ginggi Syarief Hasyim (adik), Loranita Theo (istri), Deden Imanudin dan Ketut Aminudin menggagas sebuah wadah seni atau organisasi sosial bernama Jatiwangi art Factory di tahun 2005.
Jatiwangi art Factory sendiri merupakan organisasi sosial berupa ruang kreatif seni budaya yang memberdayakan kehidupan pedesaan dan menyelesaikan konflik masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Jatiwangi art Factory mengembangkan kegiatannya dengan membangun Museum Kebudayaan Tanah yang diresmikan pada September 2019.
Museum Kebudayaan Tanah dibangun guna melestarikan aset kebudayaan yang berkaitan dengan tanah dan mendorong ekonomi kreatif serta menjadi alternatif destinasi wisata di Jawa Barat untuk wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain itu, Jatiwangi art Factory memiliki berbagai kegiatan seperti festival seni, workshop, pameran, hingga forum seni. Dalam gelaran festival seni Jatiwangi art Factory melibatkan seniman dari dalam dan luar negeri, serta warga dari 16 desa yang menyediakan rumahnya sebagai tempat bermukim untuk para wisatawan.
Hal ini dilakukan agar warga dan wisatawan dapat berinteraksi langsung serta berkolaborasi dalam seni. Konsep tamu-tuan rumah ini bermaksud dapat menembus batas-batas seni dan mendorong penciptaan karya yang merefleksikan ide, tradisi, dan isu dari komunitas lokal yang dipadukan oleh ide para wisatawan atau seniman yang bermukim.
Jatiwangi art Factory juga pernah berkolaborasi dengan organisasi dari Polandia yang karyanya dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia. JaF juga sempat menggelar festival seni internasional tahunan di antaranya “Jatiwangi International Performing Arts in Residence Festival”, “Festival Musik Keramik” dan “Festival Video Desa”.
Dengan berkembangnya organisasi sosial ini, Jatiwangi art Factory diharapkan bisa menjadikan Jatiwangi menjadi sebuah kota Terakota. Hal ini untuk mempertahankan tanah liat agar tetap relevan dalam keseharian warga.