Teh artisan merupakan teh yang terbuat dari bahan camellia sintesis yang berkualitas tinggi dan alami. Sejauh ini industri teh artisan belum banyak terekspos ketimbang jenis teh lainnya. Banyak orang mengira teh ini hanya diimpor dari luar negeri seperti Eropa dan Asia Timur. Padahal teh artisan Indonesia juga berpotensi untuk berkembang jauh lebih besar, loh.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, pada 2022 produsen terbesar sebagai produk teh nasional ialah Jawa Barat. Di daerah tersebut mampu memproduksi teh artisan hingga sebanyak 136.000 ton.
“Sayangnya, popularitas teh di Indonesia saat ini mungkin belum sepopuler kopi terutama pada kalangan generasi muda. Untuk itu diperlukan inovasi dengan racikan yang baru untuk tetap menjaga eksistensi dari teh itu sendiri,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita.
Padahal menurut Reni, teh artisan merupakan salah satu bagian inovasi dalam perkembangan teh. Dia juga menilai bahwa sebetulnya teh artisan Indonesia berpotensi besar untuk berkembang dan menjadi teh berkualitas. Asalkan didukung oleh peremajaan perkebunan dan pengolahan teh dengan pemanfaatan teknologi dan komunikasi digital.
Oleh karena itu, untuk mempopulerkan teh artisan, Reni mengapresiasi langkah Asosiasi Artisan Teh Indonesia (ARTI) dan Dewan Teh Indonesia (DTI) yang menghadirkan Rumah Teh Indonesia. Tujuannya tidak lain demi menjaga kelestarian teh Indonesia supaya tetap eksis di kalangan masyarakat.
Setuju dengan Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, pihak Asosiasi Artisan Teh Indonesia berpendapat bahwa teh Indonesia berpotensi untuk berkembang menjadi besar. Selain kopi, teh juga digemari kalangan milenial dan gen Z.
Fakta ini diperkuat laporan McKinsey pada 2020 yang menyebutkan sebagian besar generasi Z Indonesia merupakan tipe konsumen yang sadar merek. Artinya, mereka cenderung menjadi pengadopsi awal sebuah produk atau layanan.
“Kehadiran teh artisan yang cukup menarik perhatian generasi muda perlu mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat dan pemerintah,” katanya sebagaimana mengutip laman resmi Kemenperin.
Terlebih, budaya minum teh telah menjadi budaya yang diwariskan secara turun-menurun. Oleh karena itu, kebiasaan minum teh harus didorong kembali di kalangan generasi muda.
Menurut Ditjen IKMA, Renita Yanita, produk teh artisan cocok untuk dikembangkan oleh IKM. Selain itu, teh artisan juga memiliki manfaat dari bahan yang digunakan dengan nilai estetika dan tampilannya.
“Dengan modal terbatas pun, selama mampu bersaing dari sisi kompetensi SDM dan kreativitas, IKM teh artisan sangat berpeluang besar untuk bersaing di pasar dalam negeri,” tuturnya.
Maka dari itu, untuk mempopulerkan teh artisan dalam negeri, Ditjen IKMA berkomitmen akan mengembangkan para IKM lewat program pembinaan.
Mulai dari pembinaan penerapan cara produksi pangan olahan yang baik (CPPOB), pembinaan penerapan dan sertifikasi produk pangan aman (HACCP), keikutsertaan dalam Indonesia Food Innovation (IFI), serta pameran, baik tingkat nasional maupun internasional.