Masyarakat Kampung Asei, Danau Sentani, Papua terdapat sebuah tradisi yang menarik, yakni melukis di atas kulit kayu. Hal ini merupakan sebuah tradisi yang sudah diturunkan dari kebiasaan nenek moyang setempat.
Melukis di atas kulit kayu juga disebut dengan khombow. Khombow merupakan pembungkus yang menutupi tubuh atau lembar pakaian yang dipakai oleh nenek moyang masyarakat Asei. Khombow memiliki filosofi bagi masyarakat Asei.
Pada zaman dahulu masyarakat Asei menggunakan pakaian dari khombow. Namun, pakaian tersebut bukan untuk digunakan dalam keseharian, melainkan sebagai pembungkus saat melahirkan seorang anak, sebagai pakaian pernikahan atau yang disebut juga dengan Malo oleh anak perempuan di Sentani, dan terakhir sebagai pembungkus jasad ketika seseorang meninggal dunia.
Karena lukisan tersebut dipercaya sangat sakral dan memiliki makna tertentu serta demi menjaga warisan dari nenek moyang, maka untuk bisa melukis di kulit kayu tidak boleh sembarangan. Biasanya yang melukis di khombow hanya boleh Ondofolo atau Ondoafi seperti seseorang yang memiliki kepemimpinan tertinggi dalam struktur masyarakat Asei.
Adapun menurut buku “Khombow: Lukisan Kulit Kayu Masyarakat Sentani” karangan Enrico Kondologit dan Ishak Stevanus Puhili (2015), menjelaskan motif lukisan pada kulit khombow terdapat 12 jenis, di antaranya ular, cicak, tupai terbang, daun-daunan, kaki burung bangau, bunga hutan, kelelawar, matahari, belut, ikan, kadal, dan spiral atau melingkar.
Tak hanya itu, motif pada lukisan kulit khombow kini lebih bervariasi seperti orang menari dengan memanah, alat musik tifa, orang sedang menebar jaringan, hingga burung cendrawasih.
Seiring berkembangnya zaman, kini lukisan dari kulit kayu (khombow) tidak hanya digunakan sebagai pakaian masyarakat adat, namun juga beralih dijadikan sebagai salah satu oleh-oleh khas Papua dari Sentani.
Bahan-bahan untuk membuat lukisan di kulit kayu diambil dari kulit pohon. Namun, tidak semua kulit pohon bisa digunakan untuk melukis, menurut masyarakat Asei hanya pohon-pohon tertentu seperti pohon khombow yang bisa digunakan untuk membuat lukisan.
Selain itu, pewarna untuk melukis juga menggunakan bahan alami. Warna hitam diambil dari arang atau sisa abu bekas pembakaran, putih berasal dari kapur sirih yang dicampur dengan minyak kelapa, dan warna merah berasal dari tanah liat.
Untuk membuat lukisan pohon khombow harus ditebangkan terlebih dahulu, lalu dipotong-potong dan dilepaskan kulitnya. Kemudian, pohon tersebut ditumbuk dan dikeringkan. Setelahnya barulah kulit pohon tersebut bisa digunakan sebagai lembaran untuk melukis. Dan ukuran untuk satu lembaran tersebut sekitar 50×50 cm persegi.
Melukis di atas kulit kayu pohon bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan permukaan kulit tersebut yang kasar sehingga bisa memakan waktu cukup lama. Paling cepat melukis di atas kulit khombow sekitar 10 menit dan paling lama bisa mencapai satu jam.
Perlu diketahui, saat ini kondisi batang pohon khombow memang semakin kian susah dicari. Oleh karena itu, perlu adanya pengupayaan untuk melestarikan pohon tersebut dengan cara membudidayakannya.