Impian memiliki gitar seperti terdengar biasa bagi sebagian orang. Namun tidak bagi Ivan Mulia, luthier asal Indonesia ini memimpikan untuk memiliki gitar resonator. Yap, gitar ini merupakan jenis gitar akustik dimana sumber suaranya berasal dari satu atau lebih kerucut logam yang berputar, selain itu gitar ini tidak memiliki sound hole melainkan digantikan dengan piringan berbentuk bundar.
Bagi Ivan, gitar resonator memiliki harga cukup mahal. Karena terganjal biaya, Ivan tak kunjung mendapatkan gitar impian. Akhirnya dia memutar otak untuk membuat gitar resonator sendiri di tahun 1999, saat dirinya sedang menggeluti ilmu pengecoran logam. Di tahun 2009, Ivan mulai memproduksi prototipe gitar logam pertamanya setelah 10 tahun melakukan riset dan eksperimen dalam pembuatan gitar logam.
“Saya sangat mencintai musik dan tertarik kepada gitar resonator yang berbodi logam atau metal. Kebetulan gitar seperti itu langka dan mahal karena berkualitas, dan saya terdorong untuk membuatnya,” paparnya.
Dengan menggabungkan ilmu pengecoran logam sekaligus kecintaannya terhadap dunia musik, Ivan memberanikan diri untuk melahirkan produk buatannya yang bernama iVee Guitars.
Di tengah perjalannya membuat prototipe gitarnya, Ivan aktif di beberapa forum gitar Eropa salah satunya adalah Delta Blues. Aktivitas ini dilakukan Ivan untuk mengumpulkan data, mengupdate perkembangan, dan mendapatkan masukan dari para ahli.
Saat prototipe pertama jadi, tidak disangka respon positif didapatkan oleh Ivan. “Mereka menilai karya yang berbeda sehingga bisa mengangkat Delta Blues ke level tersendiri,” paparnya.
Langkah Ivan untuk aktif di forum Eropa tersebut merupakan langkah yang baik. Sebab, produknya langsung dikenal dan disejajarkan dengan gitar butik Eropa lainnya. Ditambah lagi Ivan memberikan motif khas Indonesia seperti Batik, Ulos, dan motif lainnya. Dia membuat ukiran dan pengecoran logam untuk memperindah desain gitar resonatornya yang menjadi ciri khas tersendiri.
Selain itu, gitar buatannya sangat eksklusif dengan proses pembuatannya yang tidak sederhana, kapasitas produksinya pun sangat terbatas. Apalagi, sampai saat ini Ivan masih mengerjakannya sendiri di sela-sela kesibukannya menjalankan bisnis workshop pengecoran logam di Cimahi, Jawa Barat.
Eksklusivitas tersebut terbukti dengan jumlah produksi iVee Guitars yang dalam setahun hanya memproduksi 20-30 unit di mana sebanyak 12-20 gitar dibuat secara custom dan sisanya untuk stok atau dilelang.
“Akhir tahun saya selalu mulai menerima pemesanan dan merupakan waktu untuk mengenal dan mengumpulkan data mengenai pelanggan, kemudian merumuskan dan perhitungan gambar kerja serta teknis sampai pertengahan tahun. Akhir tahun masa produksi dan mulai kirim pada Desember,” paparnya.
Untuk harga, Ivan membandrol per unit iVee Guitars berada pada kisaran 4.000-7.000 euro untuk semua model. Harga yang relatif tinggi tersebut untuk menggantikan biaya karya seni yang dibuatnya, ditambah dengan beberapa bagian yang harus diimpor dengan harga tinggi dan biaya pengolahan logam yang tidak murah.
Namun, para pelanggannya yang kebanyakan ada di Eropa tidak mempermasalahkan hal tersebut. Hal ini membuat Ivan bertekad membuat second brand untuk gitar logam buatannya dengan nama Eve Guitars. Gitar tersebut nantinya dikonsep untuk produksi secara berulang, sehingga memungkinkan dirinya membagi tugas dengan karyawan dan mengajarkan proses produksi gitar dalam jumlah cukup besar. “Khusus untuk iVee Guitars akan tetap diproduksi dalam jumlah terbatas, sedangkan Eve Guitars diproduksi dengan jumlah cukup besar,” ucapnya.
Ivan mengatakan dirinya optimis melihat prospek bisnis dari usaha yang dijalannya ini. “Bisnis yang saya jalani ini masih cerah dengan peluang yang terus terbuka lebar, karena produsen gitar dengan konsep gitar butik berbahan logam tidak banyak di dunia,” tuturnya. Bagi Ivan, peluang berbisnis sangat besar jika berhasil masuk pada konsep gitar butik. Jika hanya produk gitar biasa, peluangnya kecil karena pemainnya sudah banyak.