ITS Ciptakan Alat Daur Ulang Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar

Berguna untuk industri pertanian.

Alat Daur Ulang Sampah Plastik

Smart Reducer Gas Pyrolysis, alat buatan tim mahasiswa ITS untuk mendaur ulang limbah plastik jadi bahan bakar. (Foto: its.ac.id)

Sekarang ini sudah banyak solusi demi mengatasi limbah sampah, khususnya sampah plastik. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Tim Fuchelia dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang telah mengembangkan inovasi alat daur ulang bahan bakar menggunakan sampah plastik bernama Smart Reducer Gas Pyrolysis.

Inovasi alat yang dirancang oleh tim mahasiswa ITS ini berupa alat daur ulang sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Untuk mengubah limbah ini tersusun jadi beberapa bagian, terdiri dari reaktor 18 liter, pipa penghubung, kondensor dan penampung produk. 

Menurut penjelasan Immanuel Nathanael Lumban Gaol, selaku perwakilan tim, teknologi ini diciptakan sebagaimana untuk kebutuhan industri pertanian. Karena saat ini bahan bakar fosil masih menjadi pilihan utama oleh sejumlah petani. Sementara ketersediaan bahan bakar fosil semakin menipis sehingga cukup memiliki dampak pada petani. Misalnya harga menjadi naik dan mahal.

“Dengan itu, perlu adanya bahan bakar ramah lingkungan, seperti bahan bakar hasil pirolisis limbah plastik,” katanya. 

Nah, dari permasalahan tersebut Tim Fuchelia akhirnya merancang teknologi pengolahan limbah plastik dengan memakai teknik pirolisis limbah. Menurut Nuel, konsep pirolisis merupakan proses pemanasan bahan padat dalam keadaan oksigen yang terbatas atau bahkan tanpa oksigen.

“Alat yang kami kembangkan ini menggunakan plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai bahan baku dengan produk luarannya berupa minyak,” tambahnya.

Selanjutnya, Nuel juga menerangkan cara kerja Smart Reducer Gas Pyrolysis, yakni dimulai dari memilah dan memisahkan sampah plastik yang akan dicacah sampai diperoleh ukuran terkecil. Setelah sampah dipisahkan, lalu masuk ke tahap pirolisis dengan memasukkan 5 sampai 10 kg plastik ke dalam reaktor. Kemudian panaskan menggunakan Liquefied Petroleum Gas (LPG). 

“Maka, plastik akan meleleh dan mengalami proses perengkahan menjadi hidrokarbon rantai yang lebih pendek,” jelas Nuel.

Panas yang terus bertambah dalam reaktor ini membuat lelehan plastik menguap. Maka, uap hasil pemanasan akan bergerak menuju ke arah kondensor untuk didinginkan sehingga memperoleh sebuah cairan berupa minyak hasil.

“Minyak pirolisis ini yang dimanfaatkan untuk bahan bakar mesin diesel untuk menghidupkan alat-alat pertanian,” ujarnya. 

Alat Daur Ulang Sampah Plastik
Tim Fuchelia ITS bersama minyak pirolisis, hasil daur ulang dari limbah plastik. (Foto: its.ac.id)

Kemudian minyak pirolisis ini ditambahkan sedikit zat aditif berupa minyak kayu putih. Sebab hal ini berguna untuk mengurangi emisi karbon dan targetnya minyak pirolisis akan lebih jernih. Begitu juga minyak ini akan ditambahkan karbon aktif untuk dipergunakan pada mesin knalpot diesel. 

“Dengan demikian, di saat penggunaannya diesel tidak akan menimbulkan bau menyengat,” imbuhnya.

Berkat inovasinya, Tim Fuchelia ITS berhasil merealisasikan alat Smart Reducer Gas Pyrolysis secara langsung dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan di Serang, Banten, bertajuk Technology for Indonesia (TFI). 

Dari teknologinya ini Nuel dan timnya berharap bisa terus berinovasi dan berkontribusi untuk menjadi solusi dalam permasalahan di industri pertanian Indonesia. Misal, mulai dari energi, pra panen, dan pascapanen pertanian. 

Exit mobile version