Selain Peni Candra Rini yang menerima penghargaan di Aga Khan Music Awards, ada juga arsitek Isandra Matin Ahmad yang menerima penghargaan Aga Khan Award for Architecture 2022. Penerimaan penghargaan sama-sama dihelat di Kesultanan Oman, Senin (31/10) seperti Aga Khan Music Awards.
Pada penghargaan bergengsi di bidang arsitek ini, Bandara Blimbingsari di Banyuwangi Jawa Timur masuk dalam penilaian tim Aga Khan Award for Architecture. Hebatnya, bandara hijau RI ini berhasil mengalahkan 463 proyek arsitektur dari berbagai belahan dunia dan juga bersaing dengan karya arsitektur hebat lainnya yang mendunia, seperti Wafra Wind Tower dari Kuwait, Tulkarm Courthouse dari Palestina, Flying Saucer Rehabilitation dari Uni Emirat Arab, dan Le Jardin d’Afrique dari Tunisia.
FYI, Aga Khan Award for Architecture juga sama seperti Aga Khan Music Awards yaitu penghargaan yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali untuk karya bidang arsitektur. Karya yang masuk dalam nominasi tersebut tidak hanya memperlihatkan keunggulan arsitektur, namun juga melihat dari respons terhadap aspirasi budaya, mendukung konservasi dan peningkatan kualitas lingkungan.
Menurut AKAA, Bandara Banyuwangi menarik perhatian karena tak hanya berdesain dengan mengadopsi bentuk ikat kepala suku Osing (masyarakat asal Banyuwangi), namun juga bangunan yang berkonsep hijau serta ramah lingkungan (green building).
Andra Matin, Sang Maestro di Balik Bandara RI yang Mendunia
Bandara ini diarsiteki oleh Isandra atau yang akrab disapa Andra Matin selama 3 tahun dari 2023 saat proses perancangan dan realisasi gagasan hingga akhirnya bandara selesai dibangun di tahun 2016.
View this post on Instagram
Dalam proses rancangan, ada banyak poin-poin penting yang menjadi perhatiannya serta permintaan khusus dari Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas (2010 – 2021) yaitu lantai dua bandara bisa digunakan pengantar melambaikan tangan kepada yang diantar, ketika sudah berada di dalam pesawat yang akan lepas landas.
”Bandara Banyuwangi juga digunakan untuk memberangkatkan calon jemaah haji dari Banyuwangi dan wilayah kabupaten lain di sekitarnya. Biasanya, rombongan masyarakat mengantar para jemaah tersebut,” ujar Andra Matin, dilansir Kompas.id.
Dengan demikian, aspek keagamaan juga menjadi poin utama dalam perancangan. Menurut Andra, Bandara Blimbingsari memberikan kontribusi penting bagi umat Islam, terlihat dari sebagia tempat untuk memberangkatkan haji. Selain itu Andra juga menyatukan aspek keagamaan dengan aspek lokal dan lingkungan.
“Saya kira, poin penting selebihnya pada aspek lokal dengan karakter arsitektural yang rendah hati dan menyatu dengan lingkungan di sekitarnya,” lanjutnya.
Aspek lingkungan bisa dilihat dari konsep hijau yang ada di bandara. Misal pada atap bandara, Andra Matin memilih membuat bangunan bandara dua lantai itu dengan beratap rumput.
”Ketika dilihat dari kejauhan, arsitektural bangunan bandaranya seperti menghilang. Dengan beratap rumput, bangunan bandara hanya akan tampak seperti gundukan tanah yang menghijau,” ujar arsitek yang berhasil mengalahkan 20 finalis Aga Khan Award for Architecture dari 16 negara di dunia.
Selain itu, Bandara Blimbingsari juga mengaitkan dengan ekologi dan lanskap sekitar yaitu persawahan. Dengan beratap rumput, bandara ini seolah menyatu dengan lingkungan sekitarnya yang asri namun juga modern dan efisien.
Sedang aspek lokal juga dituangkan Andra dalam bentuk bangunan yang terinspirasi rumah adat masyarakat Osing yang tinggal di Banyuwangi. Karakter rumah adat disana adalah limasan menjulang dengan bentuk bangunan langsing. Dan ternyata aspek ini juga mendukung lingkungan karena membuatnya bisa mendapatkan sumber energi cahaya dan udara secara alami lebih banyak.
”Secara keseluruhan Bandara Blimbingsari menjadi hemat energi. Di Indonesia pernah saya dengar akan membutuhkan sekitar 250 sampai 300 bandara baru sehingga pembangunannya harus mempertimbangkan kondisi yang hemat energi,” ujar Andra Matin.
Lewat karyanya di Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Andra Matin senyatanya berhasil membuat Indonesia mengulang kesuksesan di ajang perhragaan asritektur bergengsi kelas dunia yang pernah diraih YB Mangunwijaya pada 30 tahun silam.
Kala itu YB Mangunwijaya atau lebih dikenal dengan sapaan Romo Mangun juga mendapatkan penghargaan Aga Khan Awards atas karya arsitektural rumah masyarakat di Kampung Kali Code, Yogyakarta, pada 1992.
Benar-benar sosok yang inspiratif ya, Sob. Bisa membangun fasilitas negeri namun juga tak luput dari aspek keramahan lingkungan, lokal dan keagamaan. Selamat untuk arsitek Isandra Matin Ahmad!