Kini kondisi bioskop Tanah Air perlahan mulai bangkit setelah dilanda pandemi COVID-19 yang mengakibatkan kegiatan harus dibatasi. Kini situasi bioskop tampak kian ramai dipadati oleh masyakarat, tak terkecuali di bioskop Megaria Jakarta, Indonesia.
Eits, kenapa kita jadi ngobrolin bioskop Megaria? Kamu harus paham, Sob, kalau bioskop Megaria merupakan sinema tertua di Jakarta. Gedung ini dibangun pada tahun 1932 oleh Liaw Goan Sing.
Megaria ditetapkan sebagai Cagar Budaya Kelas A oleh Soerjadi Soedirdja selaku Gubernur DKI Jakarta yang menjabat saat itu. Penetapan tersebut tercantum dalam SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 475 Tahun 1993.
Berkat dinobatkan sebagai cagar budaya membuat bagunan ini nggak bisa asal sembarang diubah, lantaran bentuk dan gaya arsitekturnya dianggap sebagai ciri khas bioskop pertama yang berdiri di Jakarta.
Konon, Liaw Goan Sing membuat bioskop ini dengan desain model arsitektur art decorative alias art deco. Sebagai informasi tambahan, art decorative berbeda dengan art nouveau. Sebab, art nouveau punya banyak ornamen dekotatif seperti kaca mozaik, gambar, serta ukiran sementara art deco motifnya lebih sederhana.
Melansir laman encyclopedia.jakarta-tourism.go via tempo.co, sampai detik ini, bioskop Megaria masih menjadi satu-satunya bangunan besar nan megah yang berdiri di tengah jantung ibu kota dengan lahan seluas 11.623 meter persegi dan model arsitektur ala art deco.
Kala itu bioskop yang mempunyai nilai sejarah ini bisa menampung kapasitas penonton hingga 1.446 orang. Untuk ukuran sebagai bioskop pertama di Indonesia, luas banget, kan? Yang membuatnya luas adalah bangunan tersebut juga dikelilingi dengan tempat hiburan lain, nggak hanya bioskop.
Awal Mula Menjadi Bioskop Megaria
Jika kita putar ulang kembali sebelum dijadikan sebagai bioskop, bangunan ini hanyalah rumah milik keluarga Belanda. Namun pada 1949 bangunan tersebut diubah menjadi bioskop yang kala itu diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Mohammad Hatta atau dikenal dengan Bung Hatta.
Hingga pada 1960, bioskop ini berganti nama dari Bioscoop Metropool, jadi Bioskop Megaria. Berubah nama bukan berarti tanpa ada sebab, ya, Sobat. Bioskop tertua ini bisa berganti nama dikarenakan pada masa itu ada kebijakan anti-Barat dari Presiden Soekarno. Menurut Presiden RI kala itu, nama Metropool terlalu mengandung unsur kebarat-baratan.
Film Indonesia yang Memecahkan Sejarah Baru di Bioskop Megaria
Nggak hanya namanya yang kebarat-baratan, tetapi kala itu judul di sinema ini juga sempat didominasi oleh film Amerika. Sampai pada tahun 1955, film Krisis karya Usmar Ismail mencetak sebuah sejarah baru.
Tentu bukan hal mudah ketika ingin menayangkan film Tanah Air di bioskop Megaria. Sebab sejak tahun 1950-an film Indonesia masih mendominasi di kelas C. Di samping itu, penyebab lainnya adalah karena ada sejumlah pihak yang menentang penayangan film tersebut.
Namun, berkat ketegasan manajer utama Bioskop Megaria, Lie Khik Hwie, akhirnya film Krisis sukses ditayangkan di bioskop Megaria bahkan berhasil bertahan hingga lima minggu berturut-turut. Krisis menjadi film dengan periode penanyangan terpanjang dan terlama di masa itu serta mampu bersaing dengan film-film barat.
Menarik banget, kan, kita jadi belajar bagaimana dahulu biolskop pertama berhasil dibangun di Jakarta. Ternyata sinema tersebut menjadi saksi sejarah penting berkembangnya industri perfilman Indonesia. Hingga kini bioskop tersebut masih hidup di jantung ibu kota. Siapa yang pernah mencoba nonton di sana Ceritakan versimu, ya!