Tiga mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil ciptakan panel surya portable. Atas inovasi cemerlangnya ini tim yang tergabung dalam proyek tersebut mendapatkan gelar juara pertama dalam ajang Marine Paper Competition.
Alat hasil inovasinya ini bernama SPITS (Solar Power Plant with Internet of Things System). Alat tersebut terinspirasi untuk diciptakan berasal dari bencana gempa bumi yang pernah melanda Indonesia pada tahun 2018. Akibatnya bisa memengaruhi terhadap pasokan energi listrik.
Panel surya ini memiliki dua sistem yang telah terintegrasi, yakni photovoltaic off grid atau pembangkit listrik dari sinar matahari dan sistem manajemen energi. Keduanya bisa membuat penggunanya mengetahui besar daya, tegangan, dan arus listrik yang digunakan, dan kapasitas daya pada baterai.
Nantinya panel surya tersebut akan menangkap intensitas cahaya matahari dan energi yang diperoleh juga akan disimpan pada baterai. Lalu setelahnya bisa digunakan untuk masyarakat luas. Untuk dayanya sendiri tidak perlu khawatir. Sebab, panel surya portable ini mampu menghasilkan hingga 80 watt.
Kelebihan dari alat ini adalah memiliki tegangan AC sebesar 220V dan DC sebesar 12V. Kedua tegangan tersebut berguna untuk berbagai peralatan listrik, mempunyai sistem manajemen energi, bersifat portable, ramah lingkungan, dan tidak berisik.
Panel surya karya mahasiswa ITB ini dinilai memiliki potensi energi terbarukan cukup tinggi di Indonesia. Karena SPITS bukan hanya bisa mengandalkan ketika bencana, namun juga diterapkan di daerah 3T yang aksesnya masih terbatas. Diperkirakan harga pokok produksi dari alat tersebut bisa mencapai Rp3.465.000.
Adapun ketiga mahasiswa yang terlibat dalam ciptakan panel surya portable ini, yaitu Muhammad Miqdad Nadra (mahasiswa Teknik Telekomunikasi angkatan 2017), Dicky Dwi Putra, dan Ramadani Putri (mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika angkatan 2018).
Tentunya ketiga mahasiswa tersebut juga dibantu oleh beberapa pihak, seperti dosen pembimbing Wervyan Shalannanda dari kelompok keahlian Teknik Telekomunikasi, dan Agus Purwadi dari Kelompok keahlian Teknik Ketenagalistrikan.
Selain itu dibantu juga dengan alumni Teknik Tenaga Listrik 2015, yaitu Abdurrauf Irsal serta Muhammad Alif Mi’raj Jabbar, dan Adelia Kurniadi (Teknik Geologi 2018).