Peristiwa tenggelamnya Kapal Titanic selalu menarik perhatian publik. Banyak orang berbondong-bondong melakukan misi pencarian terhadap letak tenggelamnya kapal yang menabrak gunung es saat melintas Atlantik pada 15 April 1912.
Namun di balik itu, penasarankah kamu tentang bagaimana misi pencarian kapal ini saat tenggelam? Mengingat kondisi zaman dulu internet masih belum ada dan berbanding terbalik dengan masa sekarang, di mana saat ini kisah pencarian Titanic telah dibantu dengan kehadiran internet.
Seperti yang diduga, misi pencarian Kapal Titanic zaman dahulu lebih sulit dibandingkan masa sekarang. Pasalnya dahulu pencarian dilakukan hanya dengan mengandalkan telegraf.
Kala itu, para operator telegraf dengan putus asa mengirimkan panggilan darurat dengan harapan seseorang di suatu tempat dapat mendengarnya. Alih-alih kapal lain yang datang di sekitarnya, justru yang pertama kali merespon sinyal darurat SOS ini adalah seorang operator radio amatir yang sedang berada di Wales Selatan (Inggris). Diperkirakan jaraknya sekitar 2.000 mil (3.200 km) dari lokasi tenggelam.
Dikutip BBC, Arthur Moore sendiri merupakan otodidak radio amatir berusia 22 tahun. Kala itu menerima sinyal telegraf darurat dari stasiun buatannya di Blackwood, Caerphilly. Saat tahu ada sinyal SOS, ia bergegas ke kantor polisi setempat, tetapi sayangnya ia disambut dengan keraguan.
Alhasil, Arthur Moore mendengarkan terlebih dahulu sinyal-sinyal panggilan darurat “CQD” (sebelum digantikan dengan SOS) yang dikirim oleh operator radio Kapal Titanic, Jack Phillips, setelah kapal mengalami kecelakaan.
Arthur menerima pesan-pesan darurat dari Titanic dan mencoba membantu mengirimkannya ke stasiun radio resmi di Poldhu, Cornwall, untuk direspon oleh kapal lain.
Sebagai operator radio amatir, Arthur Moore, memainkan peran penting dalam upaya penyelamatan dengan mendengarkan pesan darurat dan membantu dalam penyebaran informasi yang mengarah pada evakuasi dan penyelamatan penumpang Titanic.
Untuk menjawab panggilan darurat tersebut, Arthur Moore memakai peralatan radio amatir seperti Spark Gap Transmitter dan Crystal Receiver. Keduanya merupakan peralatan yang umum digunakan pada masa itu.
Sekadar informasi saja, Spark Gap Transmitter merupakan jenis pemancar radio yang menggunakan “spark gap” (celah percikan) untuk menghasilkan gelombang radio. Ini adalah jenis pemancar yang relatif primitif dan cenderung tak efisien. Namun teknologi tersebut masih berlaku di masa itu.
Beda lagi dengan Crystal Receiver atau dikenal dengan Cat’s Whisker Receiver yang juga merupakan jenis penerima radio yang menggunakan kristal semikonduktor seperti gelana dan jarum logam kecil (cat’s whisker).
Keduanya berguna untuk menerima sinyal radio. Penerima radio jenis ini tentu sangat sederhana dan memiliki kinerja yang terbatas ketimbang dengan penerima radio di masa modern.