Dalam industri pertambangan, kita ketahui bersama, saat ini pemerintah Indonesia sedang mendorong hilirisasi dengan membangun berbagai proyek smelter di dalam negeri. Namun, sayangnya hal itu masih menghadapi tantangan.
Salah satu tantangan pengembang industri pertambangan atau ekstraktif di Indonesia ialah soal kepatuhan terhadap standar lingkungan, sosial, dan tata kelola atau Environmental Social and Governance (ESG). Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan.
“Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan akan mempengaruhi bisnis dan juga nilai saham perusahaan kalau terdaftar di Bursa Efek. ESG sangat penting untuk hilirisasi pada seluruh industri ekstraktif,” ujar Jonan dalam acara Mining and Finance Forum, pada Selasa (21/3/2023).
Selain itu, asosiasi akuntan global diketahui juga tengah mengubah standar pelaporan keuangan, yang di dalamnya akan menghitung dampak kerusakan lingkungan.
“Asosiasi akuntan seluruh dunia sedang mengubah standar pelaporan keuangan, menghitung kembali dampak kerusakan lingkungan. Lembaga keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, regulator, dan pelaku industri mesti duduk bersama untuk menentukan parameter karena akan berdampak pada industri ekstraktif ini,” tambah Jonan.
Di sisi lain, tantangan lainnya dalam pengembangan hilirisasi industri ekstraktif yaitu mengenai pendanaan. Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Ediar Usman menjelaskan jika ada sejumlah proyek smelter yang macet pembangunannya lantaran kendala pembiayaan.
Pemerintah pun terus berupaya menawarkan proyek smelter kepada para investor di dalam negeri maupun di luar negeri untuk memperoleh dukungan pembiayaan.
“Banyak fasilitas pemurnian kita yang tidak tepat waktu. Masalah yang sering kita temui adalah pendanaan. Kita coba lakukan market sounding dengan lembaga di dalam negeri dan internasional untuk memecahkan kendala keuangan,” ujar Ediar.
Sekedar informasi saja, Indonesia sendiri dikenal sebagai negara yang memiliki cadangan sumber daya nikel yang melimpah. Jika pembangunan proyek hilirisasi berjalan dengan baik, Indonesia diprediksi akan menjadi pemain global kendaraan listrik.
Namun, untuk menjadi pemain besar di industri nikel, perlu didorong perhatiannya terhadap kredensial lingkungan. Sebab aspek keberlanjutan, saat ini tengah menjadi perhatian serius bagi investor dan konsumen.