Berbicara mengenai Suku Baduy, mungkin kamu hanya mengetahui warganya suka berjalan jauh membawa dagangan berupa madu. Tetapi, apakah kamu tahu jika kaum wanita suku yang berada di provinsi Banten ini memiliki kebiasaan menggunakan etnobotani untuk kosmetik mereka?
Ya, kaum wanita Suku Baduy masih mempertahankan budaya leluhur mereka dengan mempercantik diri menggunakan cara tradisional, yakni menggunakan etnobotani atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di wilayah tempat tinggal mereka.
Etnobotani sendiri merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungan tumbuhan. Dengan memanfaatkan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, kaum wanita pada masyarakat Baduy percaya dapat menjaga kecantikan, meskipun kosmetik yang mereka gunakan bukan yang berada di pasaran.
Menurut penelitian salah satu mahasiswa bernama Aisyah Silmi Kaffah, dikatakan bahwa masyarakat Baduy dalam memanfaatkan daun seperti sirih, kecombrang, ki-cang, aren, pegagan, padi, pacar kuku, kersen, belimbing wuluh dan pandan dengan persentase sebesar 35 persen untuk bahan dasar membuat kosmetik tradisional.
Sedangkan masyarakat Baduy Luar menggunakan organ daun seperti sirih, kecombrang, padi, pacar kuku, kersen dan belimbing wuluh sebesar 49 persen. Selain daun, bahan baku lainnya untuk pembuatan kosmetik masyarakat Baduy berupa umbi-umbian seperti umbi bukung yang memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kulit.
Memanfaatkan tumbuhan menjadi bahan kosmetik tersebut bukan hanya untuk merawat kulit saja, melainkan untuk kesehatan lainnya seperti merawat rongga mulut, menghilangkan bau mulut, merawat bibir dan lain-lain.
Untuk merawat bibir, biasanya kaum wanita Suku Baduy memanfaatkan buah galuga. Lalu, untuk masker wajah, mereka menggunakan beras atau air beras dan buah asam jawa yang dipercaya dapat menghilangkan jerawat, mencerahkan wajah dan menghilangkan flek hitam.
Sebagai pengganti sabun, masyarakat Baduy biasanya menggunakan batang honje yang dimemarkan hingga menjadi serabut. Jika cara tradisional ini tidak dijaga dengan baik, maka generasi muda masyarakat Baduy (khususnya Baduy Luar) akan meninggalkan cara tersebut dan beralih menggunakan kosmetik yang beredar di pasaran.
Diketahui mengenai aturan adat, Baduy Luar lebih fleksibel dalam beberapa aturan adat yang telah dijaga secara turun temurun. Tidak ada aturan atau larangan yang menggunakan tumbuhan sebagai kosmetik. Berbeda dengan Baduy Dalam yang masih keras terhadap beberapa aturan adat.
Sekedar informasi saja, masyarakat Baduy dikenal sebagai Urang Kanekes yang mengacu pada kesamaan kelompok Arab Badawi yang gemar berpindah-pindah. Wilayah bermukim masyarakat Baduy berada tepat di kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.