Di masa pandemi, banyak masyarakat Indonesia mulai mengalihkan kegiatan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan berkebun. Berkebun selain bisa menghilangkan rasa stres, kegiatan ini bisa menjadi kegiatan favorit yang dapat menghasilkan keuntungan. Namun, karena kini menjadi kegiatan yang banyak digemari di Indonesia, harga bibit perkebunan pun bisa dibilang sedikit mahal. Lalu, kira-kira berapa sih harga bibit tanaman perkebunan di tahun 2021?
Perkumpulan Penangkar Benih Perkebunan dan Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBPTI) telah merilis harga bibit untuk 2021 guna memberikan kepastian bagi konsumen dan memastikan penangkar jual dengan harga wajar.
Seperti yang diungkapkan Ketua PPBPTI, Badaruddin Sabang Puang, jika penetapan harga bibit tanaman ini untuk menjadi acuan sehingga baik penangkar maupun konsumen sama-sama diuntungkan.
“Harga ini sekaligus menjadi acuan untuk menentukan bibit yang ditawarkan secara tidak rasional, apakah terlalu mahal atau terlalu murah, sehingga beresiko pada mutu benih yang tidak layak,” jelas Badaruddin Sabang Puang seperti dikutip Antara.
Harga bibit pun disesuaikan dengan harga pasar, ongkos produksi dan manfaat dengan pertimbangan masih terjangkau konsumen. Di sisi lain penangkar bisa mendapatkan keuntungan yang kemudian direinvestasi untuk peningkatan kapasitas.
Berdasarkan ketetapan PPBPTI harga benih perkebunan untuk 2021 di luar ongkos kirim, bibit kopi arabika sebesar Rp. 6.500/batang siap salur, sementara kopi robusta Rp. 8.500/batang.
Untuk bibit kakao jenis hibrida seharga Rp. 6.500/batang dan bibit kakao sambungan Rp. 8.500/batang yang merupakan koreksi dari harga di tahun sebelumnya. Sedangkan untuk harga kelapa dalam unggul nasional dalam polybag sebesar Rp. 35.000/batang.
Tidak hanya itu saja, harga bibit karet dihargai Rp. 8.500 per batang, lada Rp. 8.500/batang, pala Rp. 13.000/batang, bibit tebu seharga Rp. 300/mata, dan kelapa sawit Rp. 40.000/batang.
Baruddin Sabang Puang juga mengungkapkan jika asosiasi akan mempercepat penerapan standarisasi pembibitan di tingkat anggota dan penangkar agar melakukan pembibitan sesuai dengan SOP yang sama dengan pedoman produksi benih yang diterbitkan oleh pemerintah.
Sekretaris Dewan Pembina Masyarakat Pebenihan dan Pebibitan Indonesia (MPPI), Hindarwati Sudjatmiko sendiri berharap adanya transparansi mengenai harga bibit tanaman perkebunan. Sehingga masyarakat dapat mengakses dengan mudah dan mengetahui berapa harga yang wajar yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan bibit yang bermutu.