Salatiga, kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah ini tepat berusia 1271 saat ulang tahun pada 24 Juli 2021 ini. Didirikan tahun 750, kota ini menyimpan berbagai keunikan. Mulai dari kota terindah di Jawa Tengah, salah satu kota tertua di Indonesia hingga yang baru-baru ini, Salatiga dinobatkan menjadi kota paling toleran se-Indonesia.
Penobatan ini berdasarkan hasil laporan indeks kota toleran (IKT) oleh Setara Institute for Democracy and Peace. Studi ini dilaksanakan sepanjang tahun 2020 di 94 entitas kota di Indonesia. Dengan menggunakan metode triangulasi, studi ini menggunakan 8 indikator yang kemudian dibandingkan hasil skornya dan juga data sekunder serta self assessment masing-masing pemerintah kota.
8 indikator yang termasuk dalam penilaian adalah RPJMD, kebijakan Pemkot tentang toleransi, peristiwa intoleransi, dinamika masyarakat, pernyataan kepada publik, tindakan nyata pemerintah, demografi atau heterogenitas agama, dan inklusi sosial keagamaan. Lalu dilengkapi dengan in-depth interview bersama tokoh-tokoh di masing-masing kota.
Hasilnya, Salatiga dengan skor sebesar 6.727 berhasil menempati posisi pertama menjadi kota paling toleran di Indonesia. Di posisi kedua ada kota Singkawang dengan skor sebesar 6.450 kemudian ada kota Manado dengan skor 6.200. Untuk peringkat ke-4 hingga ke-10 bisa dilihat pada pernyataan resmi di akun twitter Setara Institute di bawah ini:
Laporan tentang Indeks Kota Toleran tahun 2020 ini merupakan laporan keempat SETARA Institute yang disusun dengan mengutamakan praktik-praktik toleransi terbaik kota-kota di Indonesia. pic.twitter.com/E3FaOWQpL8
— SETARA Institute (@SuaraSETARA) March 1, 2021
Bentuk Toleransi Umat Beragama di Kota Salatiga
Toleran itu sendiri menurut KBBI adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Bentuk toleransi di kota Salatiga ini terlihat dari implementasi kehidupan beragama yang umatnya pun bervariatif di sana. Termasuk fakta banyaknya jumlah rumah ibadah dari berbagai agama yang berdiri berdampingan. Misalnya masjid dan gereja yang dibangun bersebelahan di seputaran Lapangan Pancasila di tengah kota Salatiga.
Tidak hanya rumah ibadah yang berdampingan, kota Salatiga juga memberikan ruang yang sama bagi semua umat agama untuk beribadah, melakukan perayaan hari besar, berekspresi dan mengaktualisasi diri.
Bahkan agama lain juga bisa turut berpartisipasi memeriahkan suasana. Kelompok paduan suara kampus Muhammadiyah yang bernyanyi di acara Natal salah satu gereja GPDI, hingga pemuda dan pemudi Buddha yang membantu pengamanan ketika umat muslim sedang melaksanakan Salat Idul Fitri maupun sebaliknya.
Tidak Hanya Dalam Urusan Agama, Toleransi Budaya Juga Ada
Tidak hanya perbedaan dalam agama yang dianut. Bentuk toleransi kota Salatiga juga terlihat dalam festival budaya yang telah mendunia yaitu International Culture Festival (IICF). Dalam pawai budaya ini setiap perwakilan daerah atau perantau yang ada di Salatiga seperti dari Pulau Sulawesi, Kalimantan, Aceh, Medan, Bali, NTT, NTB, Maluku hingga Papua akan menampilkan kesenian daerah masing-masing dan mendirikan stand kuliner yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat di Salatiga.