Meski pemerintah Indonesia telah mencabut status pandemi Covid-19, beberapa sektor industri masih belum terlihat pertumbuhannya. Salah satunya adalah industri tekstil nasional yang diprediksi masih menantang sepanjang tahun 2023.
Yups, menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai industri tekstil nasional pada 2023 masih mengalami kontraksi berdasarkan data Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni 2023.
Hal ini dijelaskan oleh Direktur Industri, Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Adie Rochmanto Pandiangan, di mana industri tekstil khususnya untuk produk pakaian jadi telah memperlihatkan perbaikan kinerja dalam beberapa waktu ini. Namun, masih diliputi oleh ancaman barang impor, sehingga mereduksi efek peningkatan permintaan di dalam negeri.
Dalam catatan Kemenperin, volume ekspor pakaian jadi meningkat secara bulanan, yakni dari 21,9 juta ton pada April 2023 menjadi 32,5 juta ton pada Mei 2023. Dari sisi nilainya sendiri, ekspor pakaian tumbuh dari US$480,2 juta pada April 2023 menjadi US$700,7 juta.
Selain itu, kinerja industri tekstil terutama pakaian jadi terkerek oleh permintaan pasar domestik yang meningkat. Salah satunya adalah pakaian sekolah, seiring bergantinya tahun ajaran pendidikan.
Melihat kondisi tersebut, banyak peritel berlomba-lomba untuk menghabiskan stok produksinya yang tersisa dari musim Lebaran Idulfitri lalu menuju libur sekolah.
Adie Rochmanto juga menilai, industri tekstil nasional bisa melakukan ekspor ke pasar Amerika Serikat dengan memanfaatkan situasi perang dagang yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini.
Mengenai impor pakaian yang terjadi di Indonesia, pada Mei 2023 pakaian impor mencapai 133.00 ton atau naik dari realisasi impor bulan sebelumnya sebanyak 106.000 ton. Tentu saja, kondisi ini mengakibatkan stok pakaian jadi yang dimiliki para produsen tekstil lokal tidak terserap maksimal di pasaran.
Juru Bicara Kemenperin, Febri Antoni Arif dalam paparan IKI Juni 2023 di Gedung Kemenperin pada Selasa (27/6) menerangkan, secara umum industri tekstil nasional masih cukup menantang lantaran maraknya impor produk tekstil ilegal.
Bahkan menurut informasi yang ia dapat, produk tekstil impor ilegal tersebut masuk lewat pusat logistik berikat (PLB), di beberapa daerah di Tanah Air. DItambah lagi maraknya ditemukan penjualan produk tekstil impor di berbagai marketplace online.
Hal inilah yang mengakibatkan industri tekstil lokal sulit untuk bersaing di pasar domestik dan mengakibatkan beberapa kinerja peritel tekstil lokal menurun.
“Kami sudah meminta kementerian lain yang berwenang pada kegiatan di pusat logistik berikat dan marketplace untuk lebih memperketat pengawasan barang impor yang masuk ke Indonesia,” ujar Febri.
Agar industri tekstil dalam negeri bisa stabil, diharapkan masyarakat Tanah Air bisa membeli produk-produk tekstil dalam negeri dan mengurangi pembelian barang impor ilegal.