Belakangan ini terpantau industri tekstil masih alami kontraksi. Hal ini terlihat bukti dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang menunjukkan bahwa nilai kenaikan sektor tekstil ini masih dalam penurunan.
Adie Rochmanto Pandiangan selaku Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki menuturkan bahwa sektor tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki mengalami kontraksi atau penurunan yang disebabkan oleh stagnasi ekonomi dan inflasi di beberapa negara tujuan ekspor.
“Kita cemaskan karena berdasarkan beberapa analisa, di negara-negara tujuan ekspor kita ini di 2023 diprediksi masih belum begitu bagus gitu ya,” ujar Adie sebagaimana pada pernyataan dalam rilis IKI Kemenperin di Jakarta, Selasa (28/2) sebagaimana dikutip Bisnis.
Adie juga mengatakan, adapun yang menjadi faktor dalam kontraksi yang di alami oleh industri tekstil ini disebabkan pula karena imbas dari konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum mereda. Selain itu inflasi terhadap harga pangan dan energi global pun juga masih akan terus menghantui.
“Nah, hal tersebutlah yang tentu menyebabkan adanya penundaan pesanan,” ucapnya.
Meskipun di tengah kondisi yang serba terkena kontraksi ini, Adie menyebutkan bahwa ada pihaknya yang mencatat pertumbuhan pesanan di sektor tekstil. Kemungkinan sebagian negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Eropa hingga China sedang berupaya untuk memperbaiki ekonomi.
Salah satu buktinya, seperti Februari 2023 lalu. Berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) secara keseluruhan industri tekstil Tanah Air alami fase ekspansi yang mencapai 52,32 poin.
Dengan begitu perlahan-lahan pesanan dari internasional mulai muncul kembali dan nilai di sektor tekstil ini lambat laun akan bertumbuh.
Dilansir Katadata, angka tersebut merupakan hasil konsisten meningkat sejak November 2022. IKI Februari 2023 juga memperlihatkatkan kemajuan nilai di sektor ini yang peningkatannya cukup signifikan dibandingkan Januari 2023, yakni sebesar 0,78 poin.
Akan tetapi, dengan peningkatan yang masih terbilang tipis di bidang tekstil, menurut Adie belum dianggap mengalami suatu kemajuan. Faktornya adalah karena masih terbayang akan stagflasi dan resflasi. Semoga saja ke depannya industri tekstil Indonesia semakin terus alami peningkatan, ya, Sob.