Industri makanan dan minuman dalam negeri diketahui menjadi salah atau penggerak utama roda perekonomian nasional. Dan salah satu sektor yang berkontribusi di industri mamin adalah industri pengolahan susu nasional, yang juga mendapatkan prioritas pengembangan sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035.
Hal diungkap oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita. Meski menjadi penopang industri mamin, sektor pengolahan susu Indonesia masih memiliki ragam kendala di antaranya perihal bahan baku.
“Namun demikian, industri ini masih dihadapkan pada tantangan pemenuhan bahan baku, karena sampai saat ini sekitar 0,87 juta ton atau 21 persen bahan baku merupakan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN),” tutur Agus.
Bahan baku di industri pengolahan susu ada yang masih didatangkan dari luar negeri. Bentuknya bisa berupa skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, buttermilk, dan whey. Padahal kebutuhan industri dalam negeri mencapai 6 persen per tahun dan pasokan SSDN dalam periode lima tahun terakhir hanya bertumbuh rata-rata 0,9 persen per tahun.
Wilayah yang paling banyak memproduksi susu segar adalah Pulau Jawa dengan Jawa Timur memproduksi 534 ribu ton (56%), Jawa Barat memproduksi sebanyak 293 ribu ton (31%) dan Jawa Tengah memproduksi 100 ribu ton (11%). Ketiganya merupakan penyumbang terbesar produk susu segar hingga mencapai 98% dari produksi nasional.
Cara untuk mengakselerasi industri pengolahan susu bisa memanfaatkan transformasi gaya hidup masyarakat yang kini memiliki kesadaran untuk hidup lebih sehat. Terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Pemerintah meyakini akan ada peluang pasar dan tingkat konsumsi produk susu nasional bisa meningkat ke depannya.
Lebih lanjut usaha dari pihak pemerintah demi mengakselerasi kinerja industri pengolahan susu juga diupayakan untuk memperbaiki alur rantai pasok bahan baku susu dengan memangkas transaksi manual antara peternak dengan industri pengolah susu (IPS) di tempat-tempat penerimaan susu (TPS) yang tidak memiliki cooling unit. Karena transaksi ini memakan waktu dan menjadikan kualitas susu hingga harganya menjadi tidak maksimal.
Sedangkan kinerja untuk industri mamin diketahui pada tahun 2021 tumbuh positif sebesar 2,54 persen di tahun 2021. Pertumbuhan ini juga menjadikan industri mamin sebagai sub sektor dengan penyumbang PDB non migas paling besar, yakni 38.05%. Ekspor industri mamin juga mencapai US$44,82 miliar.