Ketua Himpunan Industri Mebel Indonesia (HIMKI) Sleman, Raya Rian Hermawan mengatakan bahwa semenjak pasca pandemi, industri mebel dan kerajinan di Sleman mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini berdampak positif bagi industri pengrajin setempat, bahkan mampu menarik perhatian pasar internasional.
“Daya beli di Sleman yang tinggi adalah craft, kebanyakan pembelinya sampai Eropa, Amerika, yang terbesar Amerika. Intinya kalau produk Sleman baik craft maupun furnitur mengalami peningkatan, terbukti perajin di Sleman tetap produktif dan penjualan terus naik,” ujarnya.
Momen peningkatan industri mebel dan kerajinan Tanah Air dapat berdampak positif bagi para pengusaha ataupun stakeholder guna melakukan inovasi penggunaan beberapa jenis kayu di Indonesia. Salah satunya dengan mengubah strategi dan mengembangkan inovasi baru di kalangan industri perajin.
“Strategi yang perlu diubah karena selama ini kita terlalu banyak bergantung ke Mahoni, harus mulai menggunakan alternatif material lain. Seperti investasi kayu, karena kualitas kayu kita yang terbaik dengan komponen keras,” terang Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur.
Abdul juga mengatakan bahwa ekspor industri mebel di tahun 2021 memang sempat menurun sampai 30%. Di tahun ini juga mengalami pengurangan 0,3 poin di kuartal satu 2022. Namun, dirinya tetap optimis industri ini akan terjadi pertumbuhan. Sebab, hingga 2024 nanti pasar terbesar di Amerika masih terus mengalami kenaikan permintaan mebel dari Indonesia.
Ada satu kendala dalam industri ini, menurut Wakil Ketua HIMKI Bidang Bahan Baku dan Penunjang, Adidarma Sentos mengungkapkan kendala yang diakibatkan adanya keterbatasan hutan dari tanaman rakyat.
“Dalam masa pandemi kemarin peningkatan ekspor furnitur itu signifikan sehingga kita sangat berharap bahwa capaian 5 miliar dolar dalam kurun waktu 2 tahun lagi ini bisa segera tercapai. Tapi persoalan sedang kita hadapi sekarang yaitu ketersediaan bahan baku,” jelasnya.
Sedangkan, kayu hasil Perhutani tidak mencukupi untuk kebutuhan ekspor. Secara khusus untuk kayu-kayu domestik semacam Kayu Jati Mahoni dan beberapa kayu lokal sejauh ini masih menjadi primadona. Selain itu, Adidarma Sentos berharap para buyer internasional masih berminat dengan kayu-kayu dari Indonesia.
Mengenai ekspor sendiri, berdasarkan data yang diperoleh oleh HIMKI pada 2021, Amerika masih menjadi tujuan utama untuk ekspor mebel Indonesia. Hal ini dikarenakan ‘Negeri Paman Sam’ telah berkontribusi besar sebanyak 54,04%.
Setelah Amerika Serikat, Jepang menjadi tujuan ekspor yang cukup menjanjikan, yakni menyumbang 7,15%. Sedangkan Belanda sebesar 4,95% dan Jerman 3,82%.
Begitu pula dengan ekspor produk kerajinan. Lagi-lagi Amerika menjadi penyumbang terbesar ekspor industri ini dengan angka persentase 49,35%. Diikuti oleh Jepang 7,72%, Malaysia 6,61% dan Belanda di 3,89%.