Satu hal yang Sobat perlu tahu, ternyata bukan kali ini saja Indonesia berhasil luncurkan satelit ke antariksa. Jauh sebelum mengirim satelit Satria-1 ke luar angkasa, Indonesia meluncurkan roket bernama Kartika-1 juga, loh. Bahkan sampai dikatakan sebagai negara kedua yang berhasil meluncurkan roket ke antariksa.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1950-an, atau tepatnya sejak masa pemerintahan Soekarno. Kala itu Indonesia juga sedang mengembangkan program teknologi roket untuk ke luar angkasa. Hal itu pun juga telah didukung orang pemerintah pada saat itu.
Dikutip Avia Historia via Good News From Indonesia, pada saat itu Presiden Indonesia Soekarno berkeinginan agar Indonesia bisa menguasai teknologi antariksa. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keinginan tersebut alhasil proyek Indonesia mengembangkan teknologi antariksa berawal dari Proyek S.
Lewat Proyek S pengembangan dunia antariksa Indonesia telah dimulai. Berkat proyek ini telah berhasil meluncurkan roket ilmiah/roket soda (sounding rocket) buatan dalam negeri bernama Kartika-1.
Lebih detailnya, Proyek S ini bisa berjalan karena bermula dari sumbangan data ilmiah Indonesia kepada International Geophysical Year pada tahun 1957-1958. Kala itu proyek ini menjadi misi ambisius Indonesia di bidang antariksa. Padahal pada saat itu Indonesia sendiri juga masih minim pengalaman di bidang roket. Meskipun sebelumnya Indonesia telah berhasil luncurkan roket buatan perguruan tinggi.
“Namun roket ilmiah yang membawa peralatan telemetri dan sanggup terbang tinggi sampai ionosfir, 50–400 km dari permukaan laut jatuh kembali ke bumi dengan bantuan parasut, jelas membutuhkan teknologi yang lebih rumit,” tulis Sudiro Sumbodo.
Akhirnya pada September 1963, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan ITB (Institut Teknologi Bandung) membentuk tim bernama Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal (PRIMA) yang dipimpin oleh Komodor Muda Udara Budiardjo.
Setelah terbentuknya tim tersebut, Presiden Soekarno memberi tantangan kepada tim PRIMA supaya roket buatan Indonesia bernama Kartika-1 harus sukses diluncurkan tiga hari sebelum HUT Republik Indonesia ke-19.
“Pembuatannya serba tergesa-gesa namun roket berbahan bakar padat ini berhasil melaksanakan uji coba seminggu sebelum hari-H dengan perakitan dan keseimbangan (balancing) selesai dalam waktu 48 jam,” katanya.
Alhasil dengan waktu yang singkat roket Kartika-1 milik Indonesia berhasil diluncurkan pada 14 Agustus 1964 di Pantai Selatan, Jawa Barat. Peluncuran roket ini rupanya sukses membuat bangga masyarakat Tanah Air. Pasalnya kala itu Indonesia jadi negara kedua yang berhasil meluncurkan roket setelah Jepang.
Sayangnya kesuksesan atas pengembangan roket di Indonesia ini tak berlangsung lama. Yaps, bahkan setelah peristiwa G30S 1965 proyek pengembangan roket di Indonesia ikut berhenti total.
Menurut kabar yang beredar, pengembangan roket kala itu masih militeristik dan tentunya masih memerlukan dana yang besar. Oleh karena itu, pada masa Orde baru hal tersebut sudah menjadi prioritas lagi dan lebih mementingkan kestabilan ekonomi.
“Presiden Soeharto lebih memilih untuk mengembangkan teknologi pesawat terbang IPTN untuk tujuan komersial dan sipil,” ungkap peneliti sejarah Universitas Melbourne, Rahadian.