Jika Anda bercita-cita ingin menjadi seorang peneliti, tentunya Anda harus mengenyam pendidikan cukup tinggi untuk memahami betul cara memulai suatu penelitian. Tapi, tahukah kah Anda, jika saat ini Indonesia sedang kekurangan peneliti?
Kurangnya peneliti di Indonesia ini diungkapkan oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Institut Pertanian Bogor, Berry Juliandri, yang ditulis pada laman resmi IPB University.
“Saat ini jumlah peneliti di Indonesia bertambah setiap tahunnya. Namun, masih diperlukan lebih banyak penelitian lagi. Selain itu, Kementerian Keuangan (2019) menyatakan bahwa alokasi dana riset masih di bawah satu persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia,” jelas Berry Juliandi.
Salah satu permasalahan kurang tertariknya masyarakat Indonesia terhadap dunia penelitian adalah terkait riset yang dihadapi Indonesia yakni belum sebandingnya jumlah mahasiswa dan dosen dengan jumlah publikasi yang dihasilkan.
Contoh pada 2021, dari 4.607 perguruan tinggi serta 177.000 dosen dan peneliti yang terdaftar di Science and Technology Index, Indonesia hanya menghasilkan 34.007 jurnal yang terindeks Scopus.
Rendahnya publikasi ilmiah di Indonesia salah satunya disebabkan oleh minimnya pemahaman dan minat riset, terutama di kalangan mahasiswa. Untuk membuat generasi muda khususnya mahasiswa dalam menyukai dunia riset atau penelitian sendiri bisa dilakukan dengan cara yang sederhana dan bertahap agar mahasiswa bisa tertarik dan terjun langsung dalam dunia riset.
Sekedar informasi saja, untuk mengadakan satu penelitian, dibutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Karena itu, banyak riset membutuhkan dana yang besar dan progresnya pun kadang kala lama. Hal ini lah yang membuat dunia penelitian di Indonesia sedikit.
Saat ini, ada dua negara di Asia yang memiliki nilai paling tinggi dalam dunia riset, adalah Jepang dan Korea. Dua negara dari Asia Timur ini tercatat memiliki nilai PDB di atas 3-4,5%.