Sepanjang periode Januari–Oktober 2023 ekspor batu bara Indonesia menguasai pasar global, loh. Maka tak heran bila kini Indonesia disebut sebagai penguasa pasar ekspor batu bara di dunia.
Bukan cuma itu, selama tujuh tahun belakangan, Kpler juga mencatat bahwa pasar batu bara Indonesia lebih banyak berkuasa, dengan besaran volume 40 persen lebih dari seluruh jumlah ekspor emas hitam dunia.
Nah, pada tahun 2023 ini pertama kalinya bagi Indonesia untuk menyumbang lebih dari 50 persen batu bara ke pasar global. Hal ini terhitung dari periode Januari hingga Oktober 2023.
Menurut data yang diterbitkan Kpler, ekspor batu bara termal Indonesia melampaui 413 juta metrik ton dengan pengiriman yang mengalami peningkatan sebesar 11,5 persen year-on-year (yoy).
Karena jumlahnya yang meningkat, maka saat ini Indonesia dikatakan sebagai penguasa ekspor batu bara di dunia. Bahkan sudah mampu mengalahkan Australia dan Rusia.
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, peningkatan jumlah ekspor ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama berkaitan permintaan (demand) batu bara yang meningkat.
Faktor kedua, disebabkan oleh pasar batu bara terbesar di Cina dan India, seaborne global thermal coal. Buat Sobat yang belum tahu, pencapaian nilai ekspor yang dihasilkan dari pasar tersebut mencapai 60 persen.
“Di mana banyak PLTU di sana didesain untuk menyerap kualitas batu bara yang diproduksi oleh Indonesia,” ujar Hendra sebagaimana dikutip dari Katadata.co.id, pada Senin (13/11/2023).
Di samping itu, selama tujuh tahun terakhir tren jumlah ekspor batu bara cenderung positif. Walaupun, pada 2020 sempat mengalami kemerosotan di angka 304 metrik ton, pada 2021 hingga 2023 kembali berhasil meningkat. Awalnya dari 329 metrik ton menjadi 371 juta metrik ton hingga 413 juta metrik ton di tahun ini.
Selain Indonesia, selama 10 bulan pertama di 2023, jumlah ekspor juga didominasi dari beberapa negara. Misalnya, Australia sebesar 19,4 persen, Rusia 10,8 persen, Afrika Selatan 5,9 persen, Kolombia 5,2 persen, Amerika Serikat 3,3 persen, dan sebagainya.