Setelah wacana impor kereta rel listrik (KRL) bekas dari Jepang diwarnai pro-kontra dari berbagai pihak, akhirnya pemerintah Indonesia memutuskan untuk impor KRL baru dari Jepang. Dikabarkan Indonesia bakal impor 3 KRL baru sekaligus secara bertahap mulai tahun depan.
Kabar Indonesia akan impor 3 KRL baru buatan Jepang juga dikonfirmasi oleh Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) John Robertho dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (19/9/2023).
“Dan tahun 2024 kita akan mengajukan pembelian baru impor 3 trainset dan retrofit, 4 trainset kepada PT Industri Kereta Api Persero (INKA). Sehingga tahun 2024 kita akan memiliki 107 trainset,” terang John
Lebih lanjut, John juga menjabarkan bahwa impor KRL baru dari Jepang akan menelan biaya Rp676 miliar, dengan harga 1 trainset Rp 225,6 miliar. Sedangkan harga satuan trainset retrofit INKA adalah Rp117,6 miliar.
Impor KRL dilakukan mengingat 98% KRL yang dimiliki PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sudah berusia di atas 30 tahun dan memasuki masa ‘pensiun’. Sedangkan PT INKA baru bisa melakukan produksi kereta api pada 2025.
Kebutuhan KRL hingga 2027
PT Kereta Api Indonesia menargetkan jumlah penumpang akan terus bertambah setiap tahunnya hingga 2027. Jumlah penumpang pada 2023 diperkirakan mencapai 274 juta. Pada 2024 jumlah penumpang meningkat 345 juta, lalu menjadi 362 juta di 2025, kemudian 298 juta penumpang di 2026, dan 410 juta penumpang di 2027.
Maka dari itu, KAI Rencana pengadaan sarana KAI dari 2023 hingga 2027 adalah 19 trainset yang berasal dari retrofit INKA, pembelian 3 trainset baru dari Jepang, dan 24 trainset yang dibeli baru dari INKA. Total dana yang dibutuhkan hingga 2027 adalah Rp 8,65 triliun.
Dana untuk pengadaan KRL hingga 2027 akan menggunakan Penyertaan Modal Negara (PMN) tahun 2024, “Kami juga membutuhkan tambahan modal sebesar 5,19 triliun, 60% dari total capex dan kami akan lakukan pinjaman 40% sebesar Rp 3,46 triliun,” jelasnya.