Satu lagi komoditas ekspor Indonesia yang sedang menggeliat di pasar dunia, yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri sendiri umumnya berasal dari zat berbau dari suatu tanaman yang kemudian bersifat mudah menguap. Minyak ini berwujud cair yang diperoleh dari penyulingan bagian-bagian tanaman seperti kulit, daun, akar, batang, buah dan biji bunga.
Berbau karena berasal dari ekstrak bunga, minyak atsiri menjadi bahan baku pembuatan parfum dan serta merta menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri terbesar kedua di dunia. Di Tanah Air, minyak atsiri bahkan bisa didapatkan dari 160-200 aneka ragam tanaman aromatik.
Kegunaan Minyak Atsiri
Selain parfum, tentunya wewangian dari minyak atsiri bisa dijadikan untuk industri bahan pewangi (fragrances), aroma (flavor), kosmetik, aromaterapi hingga farmasi. Dan minyak atsiri masih dibedakan lagi berdasarkan jenis turunannya. Ada minyak kayu manis, minyak akar wangi, minyak cendana, minyak kemukus, minyak nilam, minyak kenanga, minyak pala, minyak cengkeh, minyak kayu putih.
Indonesia Penyokong Kebutuhan Minyak Atsiri Dunia
Indonesia diketahui menyuplai kebutuhan minyak atsiri dunia dengan rincian 79% minyak daun cengkeh, 90% minyak pala dan 95% minyak nilam yang mutunya dikenal paling baik di dunia. Produk-produk minyak atsiri terutama untuk industri farmasi diketahui mempunyai banyak khasiat positif untuk kesehatan.
Indonesia mengekspor minyak atsiri sebanyak 5.000 ton hingga 6.000 ton setiap tahunnya lewat 3.000 pelaku usaha. Negara tujuan Indonesia untuk ekspor minyak atsiri ialah Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, Afrika dan Asia Tenggara.
Nilai ekspor minyak atsiri terakhir diketahui mencapai US$83.9 juta dengan pertumbuhan sebesar 15,5% yoy. Tidak heran, minyak atsiri menjadi 10 komoditas potensial menurut Kementerian Perdagangan.
Daerah di Indonesia yang menjadi penyumbang ekspor atsiri terbesar adalah Jawa Barat dengan nilai sebesar US$68,92 juta (setara 31,9% total ekspor minyak atsiri Indonesia). Selanjutnya diikuti oleh Jawa Tengah sebesar US$36,61 juta (17,0%) dan Sumatera Utara sebesar US$33,24 juta (15,4%).
Kemenperin Mulai Serius Tekuni Industri Hilir Minyak Atsiri (IHMA)
Menjadi eksportir terbesar kedua di dunia seharusnya menjadi kesempatan yang dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia. Selain bahan mentah, eksportir minyak atsiri perlu memberikan nilai tambah ke minyak atsiri sehingga nilai ekspornya turut terdongkrak.
Misalnya, menjadikan minyak atsiri ke produk aromaterapi atau menjadi parfum. Parfum Tobarium dari Sumatera Utara menjadi salah satunya cikal bakal yang bisa menambahkan nilai ke produk minyak atsiri.
Dan kabar baik lainnya, Kemenperin akan mengembangkan sektor industri hilir minyak atsiri (IHMA). Selain untuk menambah daya saing dengan memberikan nilai tambah, pengembangan ini diharapkan bisa membuka lapangan kerja.
“Masih ada peluang besar untuk memperluas usaha atau meningkatkan investasinya dalam rangka membuka banyak kesempatan lapangan kerja,” ujar Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, dalam siaran pers di situs Kemenperin, Sabtu (16/10).
Untuk pengembangananya, Kemenperin akan mengintegrasikan para pemain besar global yang telah mengoperasikan pabrik olahan minyak atsiri di sektor hilir dengan para petani atsiri yang memasok bahan baku di sektor hulu.