Indonesia semakin dekat dengan cita-cita menjadi pemain besar industri kendaraan listrik di kancah global, Sob. Pasalnya, industri electronic vehicle (EV) Indonesia dikabarkan bakal mengekspor baterai kendaraan listrik ke Amerika Serikat.
Kabar ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto, didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Jumat (26/5/2023) usai bertemu dengan Gina Raimondo, Menteri Perdagangan AS. Pertemuan itu diadakan di sela-sela Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF), akhir Mei lalu.
“Indonesia siap untuk bekerja sama dalam pengembangan kendaraan listrik, khususnya sebagai pemasok baterai kendaraan listrik ke Amerika Serikat”, kata Airlangga dalam keterangan resminya.
IPEF memang menjadi gerbang masuk yang tepat bagi Indonesia untuk menarik pelaku usaha yang berminat investasi di Indonesia, terlebih di sektor mineral kritis, semikonduktor, dan teknologi tinggi. Nggak hanya soal ekspor baterai kendaraan listrik, Airlangga dan Raimondo menyepakati implementasi Inflation Reduction Act (IRA) di AS, serta peluang bagi produk mineral kritis Indonesia.
Lebih lanjut, Gina Raimondo selaku Menteri Perdagangan AS berharap, adanya kerja sama antara kedua negara dalam industri kendaraan listrik ini bisa bermanfaat banyak bagi satu sama lain, terutama dalam sektor penyediaan lapangan kerja.
Jika ekspor ini berhasil dilakukan, bakal menjadi batu loncatan bagi Indonesia mengirimkan produk baterai kendaraan listrik dalam negeri ke pasar mancanegara. Sampai saat ini, pengembangan industri EV dalam negeri masih sekadar membangun pabrik baterai kendaraan listrik dengan menggaet investor ternama, seperti LG Energy Solution dan Hyundai Motor Group bekerja sama dengan PT. Industri Baterai Indonesia (Indonesia Battery Corporation).
Indonesia dengan kekayaan nikelnya jadi tempat menjanjikan bagi para investor untuk pengembangan industri kendaraan listrik. Terlebih, menurut Data US Geological Survey, cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama di dunia dengan jumlah mencapai 21 juta ton, atau sekitar 22 persen dari cadangan global.
Selain itu, produksi nikel Indonesia juga menduduki peringkat pertama di dunia dengan jumlah sebesar 1 juta ton. Jumlah ini melampaui Filipina (370.000 ton) dan Rusia (250.000 ton).
Pabrik baterai EV hasil kerja sama Indonesia dengan investor mancanegara kini masih dalam tahap perencanaan dan memiliki target mulai diproduksi pada awal semester pertama 2024.
Wah, apakah nanti ekspor baterai EV perdana Indonesia berasal dari pabrik baterai EV pertama juga? Kita tunggu saja kabar baiknya, Sob!