Sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, nilai ekspor produk nikel melonjak dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan kini pemerintah Indonesia sedang menerapkan hilirisasi untuk produk nikel.
Mengutip CNBC Indonesia, berdasarkan data tahun 2022 yang dikeluarkan pada Januari 2023, Indonesia menempati peringkat pertama produsen nikel terbesar di dunia dibandingkan dengan negara lain. Nikel yang dihasilkan menembus 1.600.000 ton.
Di urutan kedua terdapat negara lain dengan total produsen nikel sebanyak 440.000 ton. Pada posisi ketiga terdapat Filipina dengan total 330.000 ton, dan di peringkat keempat diisi oleh Rusia yang mencatat perolehan nikel sebanyak 220.000 ton.
Dari sini dapat dilihat bahwa nikel memiliki peluang besar bagi Indonesia. Dengan potensi tersebut Indonesia berencana menerapkan pajak untuk ekspornya. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (MenkoMarves), Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut mengatakan, pajak ekspor atau bea keluar produk hilirisasi Nickel Pig Iron (NPI) dan Feronikel (FeNi) akan mulai diterapkan saat harga komoditas bahan baku baterai kendaraan listrik ini stabil.
Lagi pula, sejauh ini harga produk nikel di pasar internasional belum seperti yang diharapkan. Maka dari itu, pemerintah mengambil langkah untuk tak terlalu cepat memberikan pengenaan pajak ekspor hilirisasi nikel. Malah yang mereka lakukan adalah mencari jalan tengahnya.
Nantinya, pengenaan pajak hilirisasi nikel diujicoba ketika harga nikel sedang bagus, sehingga volume produksi dapat meningkat cukup besar. Akibatnya, harga nikel kini turun.
Namun, sepertinya rencana Indonesia menerapkan pajak ekspor hilirisasi nikel menuai pro dan kontra. Padahal tujuan diberlakukan pajak ini untuk mendorong hilirisasi nikel menjadi berbagai macam produk seperti baterai kendaraan listrik.
Pengenaan pajak ekspor nikel menjadi salah satu langkah dukungan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan hilirisasi pertambangan di dalam negeri. Selain itu, nantinya pajak ekspor tidak cuma untuk keuangan negara, tetapi sebagai instrumen memperkuat struktur ekonomi Indonesia.