Usulan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mengimpor armada kereta rel listrik nyatanya tidak direstui oleh pemerintah. Setelah semula akan mengimpor gerbong kereta bekas dari Jepang, pemerintah menyarankan mengimpor kereta baru dari Jepang dalam 1 hingga 2 tahun mendatang. Menyikapi impor kereta rel listrik ditunda, PT KAI lakukan peremajaan armada kereta.
Vice President Corporate Secretary PT. KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan Kereta Commuter Indonesia (KCI) menyiapkan beberapa pilihan kebijakan untuk mengakomodir lonjakan pengguna KRL. Hal ini diperlukan guna memenuhi kebutuhan sarana kereta baru untuk mengakomodir pengguna yang saat ini mencapai 850 ribu penumpang per hari.
Bahkan, kata Anne, “Dengan volume tertinggi pada tahun ini adalah 975 ribu dan akan terus bertambah.”
Persoalan itu diperbesar dengan adanya pemotongan panjang gerbong dari 12 menjadi 8 gerbong. Akibatnya, para penumpang KRL atau anak kereta (anker) berpotensi akan menghadapi kondisi kekurangan armada KRL.
Dua Sisi Rencana Impor Kereta
Sejak empat bulan belakangan, sejumlah armada transportasi kereta api menghadapi telah dipensiunkan. Pemerintah melalui Menteri Lihut Binsar Pandjaitan mengatakan solusi terbaik bukanlah dengan mengimpor kereta bekas seperti diusulkan PT. KAI. Sebaliknya, pemerintah lantas akan mengimpor kereta baru dari Jepang pada 1 hingga 2 tahun mendatang.
Namun, tau nggak, Sobat, impor kereta rel listrik baru punya dua sisi dampak, yaitu baik tapi juga bisa merugikan. Secara umum, konsekuensi dari impor kereta baru akan menguntungkan perkeretapian Tanah Air dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya ialah kualitas armada terjamin baik, masa pakai lebih lama, dan dapat memperkecil biaya perawatan kereta.
Namun, keputusan impor kereta baru dikhawatirkan bakal membebani biaya operasional PT. KAI, khususnya KCI. Ini disebabkan harga kereta baru akan lebih tinggi daripada kereta bekas.
Pengadaan kereta baru sesungguhnya dinilai juga tidak tepat dilakukan dalam situasi mendesak seperti belakangan ini. Selain timbul penyusutan anggaran KCI, juga berpeluang pada terjadinya peningkatan tarif bagi penumpang.
Atas dasar itulah, Anne menyebutkan, KCI akan terus meningkatkan keandalan sarana KRL untuk pelayanan kepada penggunanya. Selagi menunggu momen impor tiga unit kereta baru pada 2024, KCI menjalankan proses perawatan rutin, dan upaya penambahan armada sarana.
KCI juga melakukan retrofit atau peremajaan pada 19 rangkaian KRL mulai 2023. Sebanyak 8 sarana KRL baru juga akan didatangkan pada 2027.
Saat ini KCI sudah berkontrak kerja sama dengan PT Industri Kereta Api (INKA) untuk pengadaan 16 set kereta (trainset) sarana KRL baru dalam rangka penambahan kapasitas yang akan dikirimkan secara bertahap pada tahun 2025–2026.
“Kebutuhan ini juga sebagai penambahan kapasitas angkut pengguna dan sebagai pengganti kereta yang dikonservasi,” kata Anne dilansir Kontan, Minggu (25/6/2023).
Anne mengatakan, saat ini pihaknya terus berkoordinasi dengan kementerian/lembaga (K/L) terkait pemenuhan kebutuhan armada KRL dalam 5 tahun ke depan. Dalam seluruh pengadaan sarana KRL itu, selain pendanaan dari PT KAI dan KAI Commuter, juga ada opsi dukungan pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).
“Dengan demikian total 24 trainset baru akan didatangkan dari PT. INKA sampai 2027. Ini adalah bentuk dukungan KCI untuk produksi KRL dalam negeri, yang pastinya akan tumbuh terus,” kata dia.