Pemerintah terus mendorong hilirisasi dan industrialisasi melalui pemberian sejumlah insentif pajak. Salah satu yang digenjot adalah hilirisasi nikel yang menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai dan mobil listrik dunia. Nah, proyek hilirisasi nikel di Morowali, Sulawesi Tengah yakni PT IMIP rupanya sukses mencatat realisasi investasi hilirisasi nikel sebesar Rp235 triliun, Sob.
Dengan PT IMIP realisasikan investasi hilirisasi nikel hampir senilai US$15,3 miliar, hal ini sukses mengukuhkan Indonesia sebagai negara pusat produksi mobil listrik dunia. Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, memaparkan ada 4 investor besar dunia yang terlibat dalam realisasi investasi tersebut.
Pertama ada LG yang bakal membangun industri baterai terintregasi dengan investasi US$9,8 miliar. Kedua CATL membangun industri serupa dengan investasi senilai US$5,2 miliar.
“Ketiga ada Foxconn yang bakal membangun industri baterai listrik, industri kendaraan listrik, serta industri pendukungnya senilai US$ 8 miliar. Dilanjut ada BritishVolt yang bakal membangun industri baterai dan kendaraan listrik sebesar US$ 2 miliar,” jelasnya dalam gelaran acara BNI Investor Daily Summit 2022, Rabu (12/10).
Upaya IMIP realisasikan investasi ini berdampak besar, Sob. Nggak hanya berguna bagi ekonomi negara, namun UMKM sekitar industri, lalu komponen dalam negeri (TKDN) juga tinggi, dan penyerapan tenaga kerja Indonesia (TKI) juga ikutan besar.
Dalam gelaran tersebut, hadir juga CEO PT IMIP yakni Alexander Barus, yang memaparkan kalau hilirisasi harus dibarengi dengan industrialisasi yang ia sebut sebagai hilinisasi. Ia menjelaskan, proses ini seharusnya diterapkan demi sumber daya alam (SDA) terbarukan, baik renewable maupun non-renewable.
“Hilirisasi harus diikuti industrialisasi untuk mencapai nilai tambah maksimum. Investasi Morowali bertumbuh karena faktor aman dan nyaman, plus kondusivitas iklim investasi nasional,” ujar Alex.
Alex juga menambahkan kalau PT IMIP realisasikan investasi di hilirasi nikel sebesar US$15,3 miliar dan ekspor senilai US$10,7 miliar pada tahun 2021. Perseroan menyumbang royalti sebesar Rp9,8 triliun tahun lalu dan telah pekerjakan 66.000 orang sampai saat ini.
Ia menjabarkan kalau proses hilirasi terdiri dari 4 tingkat, pertama meliputi peraturan, SDA, dan fasilitas. Indonesia sendiri sudah memiliki beragam regulasi terkait hal ini, mulai dari UU No. 4/2009, UU No. 3/2020, dan UU No. 1/1994, yang mengatur hilirasi perihal nikel, smelter, dan nilai tambah SDA Indonesia.
Tingkat kedua kemudian ada proses pengolahan SDA untuk menjadi bahan baku, dilanjut dengan industri tengah atau intermediate, dan keempat proses yang menghasilkan produk akhir.
“Tingkat dua hanya bahan baku feronikel, kami proses sekarang sudah 3 juta metrik ton (MT). Sedangkan di tingkat ketiga ini kosong, Pak Bahlil bilang ada produksi battery pack, kita lihat saja nanti, yang pasti di tingkat tiga, kita (masih) kosong,” ujar Alex.
Di satu sisi, Suahazil Nazara selaku Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), menjelaskan kalau pemerintah sudah memiliki berbagai skema insentif perpajakan untuk mendukung investasi dan mendorong hilirasi. Sebab, hilirasi bakal meningkatkan nilai tambah komoditas dan mendorong penguatan ekonomi.
“Kita terus mendorong supaya ada hilirisasi. Insentif ini kita pakai supaya bisa mendorong hilirisasi,” ucapnya. Suahasil berharap pemberian berbagai insentif fiskal tersebut mampu mendorong hilirisasi pada berbagai komoditas seperti minerba.