Tarif layanan transportasi online atau yang biasa dikenal dengan ojek online (ojol) resmi naik pada Minggu (11/9) kemarin. Imbas tarif ojol naik, membuat banyak penggunanya beralih menggunakan kendaraan pribadi mereka.
Beberapa survei dilakukan kepada pengguna jasa layanan ojek online seperti yang terungkap di survei Polling Institute. 26,6% pengguna ojek online memilih untuk kembali menggunakan sepeda motor pribadi. Ada juga 29,1% yang tetap menggunakan ojol sebagai moda transportasi mereka. Sedangkan 25% responden mengaku akan beralih ke jenis transportasi lain akibat kenaikan tarif ini.
Lebih lanjut dari analisis Polling Institute, terungkap bahwa kelompok laki-laki, usia lebih muda, kalangan pegawai pemerintahan, guru/dosen dan pelajar/mahasiswa cenderung menggunakan motor pribadi kala tarif ojol dinaikkan.
Survei yang digelar pada 16-24 Agustus ini mencakup 1.220 responden 31 kabupaten/kota menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error 3 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Masyarakat Berhitung: Beli Bensin Lebih Murah Daripada Naik Ojol
Imbas tarif ojol naik terlalu tinggi ini bisa menggerus minat masyarakat menggunakan transporrasi umum dan kembali menggunakan transportasi pribadi yang dulunya mungkin tak dipakai ketika bepergian.
Sementara itu, pengamat tata kota Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna menuturkan bahwa respons menggunakan sepeda motor sendiri adalah pilihan rasional karena perhitungan secara ekonomis.
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bensin, kata dia, lebih murah dibanding membayar tarif ojol untuk kebutuhan dalam satu hari.
“Mereka yang penghasilannya terbatas, kurang dari 4 juta rupiah, itulah yang paling rentan dengan kenaikan tarif transportasi,” kata Yayat pada diskusi daring tersebut.
Dampak Jangka Panjang Kenaikan Tarif Ojol
Selain beban kepada konsumen, imbas tarif ojol yang naik tinggi ini menurut peneliti INDEF, Nailul Huda bisa berdampak lebih meluas lagi yaitu potensi menurunnya tenaga kerja dan meningkatkan jumlah orang miskin.
“Jika kenaikan tarif ojol menyebabkan kenaikan inflasi 0,5 persen, makan akan berdampak pada penurunan produk domestik bruto sebesar Rp 436 miliar sehingga menyebabkan upah riil nasional menurun 0,0006 persen dan kenaikan jumlah penduduk miskin 0,04 persen,” papar Nailul.
Kenaikan tarif tersebut juga akan memukul para pekerja ojol karena dalam survei ditemukan simulasi bahwa jika tarif naik Rp2.000 per perjalanan maka sekitar 25 persen konsumen ojol akan beralih ke moda transportasi lain, dan jika kenaikannya mencapai Rp4.000 maka 72 persen konsumen tidak akan menggunakan ojol lagi.
“Artinya, menurunnya permintaan ini akan membuat para pengemudi ojol kehilangan pekerjaan di tengah situasi ekonomi yang sulit,” papar Kennedy.
Kalau sobat sendiri, sudah merasakan dampak dari kenaikan tarif ojol? Apakah kamu akan menyusul golongan 26,6% yang beralih ke transportasi pribadi?
View this post on Instagram
Comments 1