Berbicara mengenai perak di Yogyakarta, kira-kira apa yang terpikirkan oleh Sobat SJ? Yups, sebuah kota lama di wilayah Bantul, Yogyakarta, bernama Kotagede. Sebagai kota klasik dan eks ibu kota Kerajaan Mataram Islam yang berdiri sejak 1532 M, Kotagede dikenal akan peninggalan sejarah, budaya serta pusat ekonomi yang bergerak di bidang kerajinan kriya. Salah satunya adalah kerajinan perak. Tak heran, Kotagede dikenal sebagai ‘Kota Perak’ terbesar di Indonesia hingga saat ini. Di kota ini pun terdapat salah satu tempat pembuatan kerajinan perak terbesar, bahkan sudah dikenal hingga ke mancanegara, yaitu HS Silver Kotagede.
Untuk mengetahui mengenai HS Silver (Harto Suharjo Silver), beberapa waktu lalu, tepatnya pada Jumat (22/7/2022), Sampaijauh.com berhasil mewawancarai Artin Wuriyani selaku Direktur Bisnis dan Development HS Silver di kantor HS Silver Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini, kami pun banyak menanyakan beberapa hal, mulai dari sejarah berdirinya perusahaan hingga keberhasilan Harto Suharjo Silver mempertahankan usahanya hingga saat ini dan melewati masa-masa sulit saat awal pandemi Covid-19. Nggak usah panjang lebar lagi, deh, ya? Langsung saja simak obrolan menariknya di bawah ini:
Halo, Mbak Artin. Apa kabar? Mbak, boleh diceritakan sedikit nggak sih, bagaimana awal mula berdirinya HS Silver di Kotagede ini?
Baik. Jadi, HS Silver sendiri berdiri sejak tahun 1953 didirikan oleh owner kami, yaitu Ibu dan Bapak Harto Suharjo. Itu kenapa kemudian namanya adalah singkatan dari nama beliau HS Silver Kotagede. Di awal pada saat pertama dibuka ini namanya adalah Toko Terang Bulan, yang tidak hanya berjualan silver, tapi justru tembaga. Kemudian dalam perjalanannya di tahun 1990, ini sudah mulai lebih profesional manajemennya dan sampai pada saat ini ada di generasi dua dan ketiga. Nah, saat ini sudah menjadi perusahaan perseroan terbatas (PT), yang dinamakan PT Harto Suharjo Windu Putra Sejahtera.
Mengenai karyawannya sendiri, ada berapa orang saat ini, Mbak?
Karyawan kita untuk pengrajin saat ini ada sekitar 66 orang, namun demikian kita juga ada pekerja dari luar (bekerja di rumah sebagai borongan) sekitar 199 orang saat ini.
Untuk para pekerja tersebut, apakah hanya dari daerah Kotagede atau dari daerah lain?
Saat ini, seperti yang kita ketahui sendiri bahwa Kotagede ini terkenal dengan sejarah historical Mataram Kingdom ya. Di mana Kerajaan Mataram Kuno ini berawal berdiri dari Kotagede. Nah, dulu kenapa para pengrajin perak ada di area tersebut (Kotagede), karena mereka itu memberikan upeti kepada raja atau permaisuri di dalam melakukan pembuatan proses jewelry. Nah, itu kemudian yang sampai saat ini kenapa terkenal, pengrajin perak Kotagede itu terkenal teliti, tekun dan sebagainya. Beberapa pengrajin kami memang ada berasal dari Kotagede, karena kami ingin menjadi upaya dari pelestarian budaya dengan merangkul para pengrajin dari area ini. Namun, kita juga ingin sekali mengenalkan kerajinan ini di tempat lain dan seperti yang kita ketahui bahwa pengrajin ini sulit sekali ditemukan sekarang (untuk regenerasinya). Sehingga kami mencoba mencari di beberapa lokasi area luar kota Jogja dan kemudian kita latih dan kita lihat secara quality product control sesuai dengan standar kami. Nah, itu kemudian jadi pengrajin dari kami juga.
Apakah ada penentuan usia untuk pengrajin di HS Silver?
Tidak ada penentuan usia dalam kriteria pengrajin. Secara prinsip kami punya standar quality control yang pasti harus bisa masuk ke standar kami. Karena kami kan juga untuk ekspor.
Untuk pendistribusiannya kerajinan dari HS Silver sendiri, ke wilayah mana saja, Mbak?
Saat ini, bisnis kami terbagi menjadi dua. Satu adalah retail, yang mungkin teman-teman bisa lihat kami mempunyai toko yang besar di area Kotagede yang sudah sangat dikenal. Dan kedua adalah wholesale, ini adalah pesanan khusus yang mungkin kita bisa membuat customize product dari beberapa korporat, ada juga ekspor custom dari buyer yang ingin memesan kepada kami. Selain itu, untuk retail kami juga ingin me-rebranding kembali HS Silver yang bisa ditemukan di beberapa hotel di area Yogyakarta. Kita juga membuka toko yang berkolaborasi dengan Yogya Pasaraya di area Malioboro.
Sebagai salah satu perusahaan atau tempat kerajinan perak terlama dan terbesar di Kotagede, dari HS Silver sendiri melihat industri perak saat ini, bagaimana?
Kami percaya dalam pengembangan bisnis ini harus mengikuti dengan tren market ya. Kalau kami melihat sekarang ini tren marketnya tidak shopping only, tapi experience base. Itu kenapa kemudian kami HS Silver menciptakan beberapa unit bisnis yang salah satunya adalah experience living culture, yaitu para pengunjung yang datang ke HS Silver itu bisa merasakan bagaimana sulitnya proses produksi perak. Bagaimana mereka bisa menghargai, para pengrajin perak yang sulit sekali mengerjakan kerajinan ini. Nah, itu adalah value yang ingin kami sampaikan kepada pengunjung. Kalau kita tidak menciptakan hal ini, jadi siapa lagi generasi penerus bangsa yang tau tentang kerajinan ini.
Lalu, beberapa waktu yang lalu kan, sektor-sektor industri mengalami dampak buruk akibat pandemi Covid-19. Apakah HS Silver sendiri mengalami kerugian juga dan bagaimana HS Silver mengatasi masalah tersebut?
Berbicara tentang efek pandemi, karena pandemi ini tidak hanya skalanya nasional tapi global. Tentu saja semua sektor pasti terkena dampaknya, apalagi kami yang berada di ranah sektor tourism industry yang juga kena dampaknya. Satu di ekspor kami, karena beberapa buyer kami juga berada di area tourism. Kemudian yang kedua, di retail kami, karena beberapa regulasi pemerintah yang tidak diperbolehkan masuk di berbagai kota bahkan berbagai negara. Kemudian karena di Jogja ini terkenal dengan kota tourism-nya pada saat tourism turun (pendapatan), kita juga ikutan turun (pendapatan) pada saat itu.
Kami bahkan sempat tutup, karena kami terkena dampak (bersyukur hanya sebentar), kemudian kami juga sempat merumahkan beberapa pengrajin yang dulunya banyak (selain untuk menjaga social distance) pada saat itu. Namun, saat ini kita sudah mulai merangkak naik kembali karena sudah ada perubahan regulasi yang cukup signifikan.
Untuk upaya setelah pandemi, tentu saja kalau kita berbicara mengenai bisnis semua sektor bisnis itu melakukan era new normal. Beberapa hal yang harus kita ikuti regulasi ini tentu saja, satu social distance, kedua kebersihan beberapa hal yang harus kita lakukan di sini (HS Silver) bahkan tidak hanya kami di internal tapi juga untuk pengunjung. Upaya-upaya ini kita lakukan dari tren new normal. Kemudian kami juga harus pengenalan kembali upaya apa supaya kami tetap eksis, meskipun beberapa toko di area sini (Kotagede) sempat tutup lama kami bahkan berani buka, untuk memperlihatkan bahwa kami masih survive, bahwa kami masih eksis di dunia silver. Lalu, saat ini kami membuka peluang-peluang apa yang bisa menghasilkan di tempat kami, misalnya edu-tourism, lalu ada beberapa tidak hanya sektor jewelry-nya, tapi memperkenalkan story telling proses pembuatan produk HS Silver, sejarah Kotagede, upaya kami terhadap generasi muda dalam pelestarian budaya seperti kolaborasi dengan influencer, teman-teman model, teman-teman Puteri Indonesia yang kemudian bekerjasama dengan kami untuk mem-branding kembali bahwa kami masih eksis dan menjadi nomor satu di Kotagede.
Kalau boleh tau, Mbak. Produk apa saja sih yang dijual di HS Silver?
Kami tidak hanya menjual produksi dari perak, bahkan kami menjual beberapa bahan dari tembaga dan untuk melihat tren market saat ini, kita harus berbicara terkait dengan kreativitas sebuah produk, beberapa materi kita “kawinkan”, seperti leather-perak atau kulit dengan perak, gelang dari bahan nilon dengan perak, bahkan dengan clay atau tanah liat. Jadi kami mencoba mengawinkan beberapa produk yang tidak hanya bahan dasar dari perak, begitu. Kami juga melakukan inovasi tematik yang ada di sana.
Dengan penjelasan, Mbak di atas. Lalu, apa sih harapan dari HS Silver mengenai industri kriya terutama perak ke depan?
Oke, berbicara sebuah harapan dalam bisnis kita harus tetap optimis, apapun yang terjadi bahkan pasca pandemi ini. Dari kami (HS Silver) kami percaya, bahwa value yang kami usung di sini tidak hanya berbicara tentang komersial bisnis, tapi kita punya value dalam pelestarian budaya. Di mana value tersebut nilai optimisme kami, bahwa itu bisa kami perkenalkan (ke masyarakat lebih luas). Kami yakin dengan nilai-nilai yang kami bawa, kami bisa berjuang di dalam bisnis ini (industri kriya perak).
Terima kasih, Mbak Artin Wuriyani atas waktunya. Bagi Sobat SJ yang ingin mengetahui produk-produk dari Harto Suharjo Silver, kamu bisa nih langsung berkunjung ke Jl. Mondorakan No 1, Prenggan, Kotagede, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jika Sobat mau melihat produk-produk secara online, tenang saja kamu juga bisa melihat situs resmi HS Silver dan bisa melihat katalog-katalog yang disediakan. Mengenai harganya, produk-produk HS Silver cukup beragam, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung, kamu memilih bahan dan ukuran yang kamu suka.