Berembusnya kabar resesi global 2023 masih ditengarai dampaknya bagi perekonomian Tanah Air. Sebagian pihak terutama pengampu kebijakan nasional, nih, Sob, menyusun upaya demi menekan potensi melemahnya perekonomian. Salah satunya hilirisasi nikel untuk siasati ancaman resesi.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong investasi produk dari hilirisasi nikel, salah satunya berupa lembaran besi tahan karat atau hot rolled stainless steel. Proyek hilirisasi nikel diperkirakan bakal berkembang setelah pemerintah melarang ekspor produk bahan mentah.
“Untuk nikel dan konsentratnya sudah dilarang ekspor sehingga potensi hilirisasi dimulai dari feronikel dan NPI (nickel pig iron) sebesar 5,8 juta ton,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR, Selasa (14/2/2023), melansir Katadata.
Produk hilir nikel yang dimaksud yakni NPI, nickle matte, mixed hydroxide precipitate (MHP), hingga produk olahan lanjutan besi dan baja. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, kemajuan ekspor produk olahan nikel tak hanya berhenti pada produk setengah jadi tersebut. Namun ia meluas ke produk lanjutan seperti besi dan baja.
Di sisi lain, pemerintah perlu mengeluarkan dana investasi sekitar Rp15 triliun untuk membangun pabrik pembuatan lembaran besi tahan karat. Sementara itu, untuk membuat smelter pengolahan produk lanjutan hot rolled stainless steel berkapasitas produksi 1,07 juta ton per tahun, memerlukan biaya sekitar Rp8,5 triliun.
Adapun nilai ekspor produk hilirisasi nikel ini tinggi, lho, Sob! Disebutkan oleh menteri Luhut, sepanjang 2022 nilai ekspor produk hilirisasi nikel mencapai 33,81 miliar dolar AS atau sekira Rp506,3 triliun (asumsi kurs Rp14.975 per dolar AS).
Perkuat Industri, Hambat Dampak Resesi
Beragam strategi menghindari dampak buruk resesi terhadap Indonesia juga harus disikapi dengan aktif. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Arsjad Rasjid menilai, meski ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh 5,3 persen tahun ini, ancaman resesi global perlu diwaspadai.
Pasalnya, kata dia, resesi global berpotensi menurunkan ekspor karena menurunnya permintaan global dan risiko kenaikan harga bahan baku impor. Oleh sebab itu, selain hilirisasi nikel untuk siasati ancaman dampak resesi, penguatan rantai nilai domestik menjadi peluang yang harus bisa dioptimalkan.
“Hal ini tentu menjadi tantangan terutama bagi industri yang berorientasi ekspor. Di sini penguatan pasar domestik menjadi penting, menjadi kunci keberlangsungan usaha di tengah ketidakpastian global,” katanya.
Tak hanya itu, Kadin mengusulkan dua kunci utama agar Indonesia bisa bertahan dalam menghadapi gejolak ekonomi 2023. Selain hilirisasi, pengaktifan peran dan penguatan UMKM kudu dijalankan.
Adapun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah antisipasi lain dengan memperkuat beberapa sektor yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di 2023, termasuk industri manufaktur.
Dengan beragam upaya di atas, kamu lebih mendukung langkah yang mana, Sob?