Sob, tahukah kamu? Indonesia tercatat sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia. Dengan total potensi nikel 21 juta metrik ton, Indonesia menyumbang 23,7% cadangan nikel dunia. Adapun sektor industri yang menikmati hasil utama olahan dan manfaat dari cadangan nikel adalah kendaraan listrik. Proyek hilirisasi nikel yang dicanangkan pemerintah berhasil tingkatkan minat investasi asing.
Potensi besar itu selaras dengan kebijakan pemerintah yang telah menghambat laju ekspor bijih nikel. Alih-alih, ketersediaan sumber daya yang melimpah lantas diberdayakan melalui hilirisasi nikel. Hasilnya terlihat nyata dari pertumbuhan pembangunan pabrik untuk pengolahan nikel.
Menurut riset ekonom senior DBS Group Research, Maynard Priajaya Arif, sepanjang 2021 pemerintah Indonesia telah membangun 17 smelter atau pabrik pengolahan, dan dilanjutkan pengerjaan 31 smelter dengan prioritas untuk hilirisasi nikel.
Arif menengarai, berdasar riset terbaru dari tim DBS Group Research, dia menaksir hilirisasi nikel merangsang peningkatan minat investasi asing atau foreign direct investment (FDI). Total nilai FDI pada 2022 mencapai Rp1.207,2 triliun. Tahun ini, proyeksi total nilai FDI akan mencapai Rp1.400 triliun. Hal ini disebabkan terutama karena keseriusan pemerintah menjalankan hilirisasi dengan mempercepat pengerjaan proyek smelter.
Hal itu senada dengan spirit yang kerap disorongkan Presiden Jokowi perihal hilirisasi industri pertambangan. Lebih dari itu, Jokowi sekaligus menjanjikan dan menegaskan bahwa “hilirisasi sebagai kunci negara maju” sehingga upaya pemerintah untuk hilirisasi sebagai salah satu strategi utama pemerintah.
Pada gilirannya, langkah itu berhulu pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 yang dapat merangkak naik hingga di atas 5% mengikuti capaian pada 2022 di angka 5,3%.
“Sebagai kebijakan prioritas untuk tak lagi melakukan ekspor bijih dan mengembangkan nilai, kebijakan pembatasan ekspor bijih nikel telah mendorong kemajuan pembangunan smelter,” ujar Arif, melansir Katadata.
Nilai FDI pada 2022 secara keseluruhan naik 47% dibanding 2021, menjadi 45,6 miliar dolar AS. Di antara sejumlah sektor utama perindustrian, industri logam dasar dan pertambangan menyumbang FDI cukup tinggi. Pemasukan investasi terutama berasal dari investor Singapura, Cina, dan Hong Kong.
Persebaran Lokasi Investasi Nikel
Arif melanjutkan, dari total investasi asing yang mengalir, hampir setengahnya merupakan hasil investasi yang dijalankan di wilayah Pulau Jawa. Artinya, investasi asing masih mendominasi di kawasan Jawa. Untuk investasi di luar Jawa, sebarannya cenderung meluas ke beberapa provinsi, meskipun lebih banyak berada di Pulau Sumatera dan Sulawesi.
Arif menyebutkan peningkatan investasi asing di Sulawesi lebih banyak ditopang oleh sektor pertambangan seperti nikel. Sedangkan investasi di Sumatera ditopang oleh agribisnis seperti sawit, karet, dan kopi.
Sektor pertambangan nikel tak dimungkiri memiliki sumber lokasi sumber daya melimpah yang tersebar di Pulau Sulawesi. Dalam catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada 2022, Indonesia memiliki luas tambang nikel seluas 520.877,07 hektare yang tersebar di berbagai provinsi Indonesia bagian tengah dan timur.
Tiga area utama sumber persebaran nikel di Indonesia bagian timur terletak di Provinsi Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Adapun untuk Indonesia tengah, potensi nikel terbesar berlokasi di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan.
Dalam artikel “Karakteristik Sifat Fisis Batuan Nikel di Sorowako, Sulawesi Selatan” (Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol. 10, No. 2, 2014) yang ditulis oleh Sujiono, Diantoro, dan Samnur, diketahui bahwa Sulawesi merupakan pulau dengan produksi nikel paling maju se-Indonesia dan terlimpah.
Di Sulawesi Tenggara, luas tambang nikel yang terdapat di provinsi ini mencapai 198.624,66 hektare. Salah satu lokasi tambang berada di Kabupaten Konawe dengan luas 21.100 hektare. Sementara itu, Provinsi Sulawesi Tengah memiliki lahan tambang nikel seluas 115.397,37 hektare. Potensi nikel ini khususnya terletak di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali.
Kekayaan nikel di Sulawesi Tengah lebih melimpah dibandingkan Sulawesi Selatan, dengan lokasi yang terutama berada di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur. Arif menilai, dengan kapasitas produksi olahan nikel yang terus bertambah, Indonesia bisa termasuk sebagai eksportir baja nirkarat terbesar dalam dua tahun terakhir.
Wah, canggih nggak tuh, Sob?! Gimana menurutmu, sepertinya selalu ada harapan cerah dari industri nikel Tanah Air ya!