Meski mempunyai cita-cita untuk menguasai pasar global dan telah menjadi negara pengekspor minyak atsiri terbesar kedua di dunia namun ternyata industri minyak atsiri dalam negeri masih menghadapi sejumlah tantangan.
Tantangan yang paling besar dan yang diakui oleh para pelaku industri minyak atsiri adalah belum banyaknya riset dan inovasi serta formulasi produk yang juga menggunakan teknologi terkini. Teknologi mutakhir di industri minyak atsiri bisa menghasilkan aneka produk hilir yang memberikan nilai tambah agar harganya bersaing di pasar global.
Hingga kini. minyak atsiri kerap diekspor dalam bentuk bahan mentah. Di Tanah Air, minyak atsiri bahkan bisa didapatkan dari 160-200 aneka ragam tanaman aromatik. Barulah para importir minyak atsiri tersebut mengolah minyak untuk dijadikan beberapa produk di sejumlah sektor industri seperti bahan perasa (essence), perisa (flavor) dan wewangian (fragrance).
Hilirisasi Atsiri Bisa Dorong Industri Parfum RI
Karena minyak atsiri juga bisa dijadikan bahan baku pembuatan parfum, maka hilirisasi minyak atsiri bisa membuka peluang bagi industri kosmetik yang termasuk di dalamnya industri parfum.
Pasalnya, peluang industri parfum lokal sangat tinggi terutama untuk di dalam negeri itu sendiri yang memiliki kurang lebih 270 juta penduduk. Terlebih parfum tak hanya diminati oleh kaum perempuan namun juga laki-laki.
Meksi Indonesia memiliki kurang lebih 40 jenis tanaman atsiri dari 99 jenis tanaman atsiri di dunia sebagai bahan baku parfum, namun belum optimalnya riset dan inovasi tentang teknologi yang bisa memberikan nilai tambah ke minyak atsiri juga menjadi tantangan terbesar dan harus diperhatikan.
Terlebih, dengan masih banyaknya minyak atsiri diekspor dalam bentuk mentah, akhirnya hal ini juga masih membuat impor parfum dari konsumen Indonesia masih tinggi.
Upaya Pemerintah Bangun Hilirisasi Industri Minyak Atsiri
Menghadapi tantangan ini, pihak pemerintah kemudian diketahui tengah menyiapkan ‘Road Map Pengembangan Industri Hilir Minyak Atsiri Nasional’. Road map tentunya akan menunjukkan bagaimana pengembangannya dari industri hulu, perantara hingga hilir untuk produk minyak atsiri.
Pengembangan ekosistem industri dari hulu ke hilir adalah yang paling utama. Harus dilakukan temu bisnis antara produsen bahan baku dengan industri kosmetik, di mana produk hilir minyak atsiri itu berada dalam bentuk parfum.
Selain membuat road map, Kemenperin juga melakukan ragam program peningkatan kualitas sumber daya sesuai bimbingan teknis serta mengadakan ‘Pendampingan Fasilitasi Peningkatan Teknologi’ melalui restrukturisasi mesin dan peralatan dengan pemberian reimbursement hingga 40% untuk pembelian mesin/peralatan baru.
Dan untuk membantu UKM yang ingin memasarkan produknya di pasar global, Kemenperin juga mendukung pemasarannya melalui e-Smart IKM dengan pemberian fasilitas promosi baik itu dalam bentuk pameran dalam negeri dan ke luar negeri.