Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita telah mengumumkan capaian gemilang sektor industri manufaktur pada kuartal 1 2022 (Januari-Maret) mulai dari angka PMI, pertumbuhan dan ekspor. Ternyata, di balik kinerja gemilang tersebut ada peran besar hilirisasi industri yang berjalan lancar.
Hilirisasi industri merupakan salah satu upaya dan kebijakan dari pemerintah untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional. Kebijakan hilirisasi yang berjalan baik menjadi kunci industri manufaktur bisa lancar di tengah kondisi ekonomi global yang tidak tentu kala pandemi.
Buktinya, program hilirisasi industri bisa membuat industri pengolahan mampu memberikan kontribusi terhadap kinerja pengapalan yang menembus lebih dari US$69,59 miliar selama periode Q1 2022 atau naik 29,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year).
“Tingginya dominasi sektor industri manufaktur pada capaian nilai ekspor nasional juga menstimulasi peningkatan nilai surplus terhadap neraca perdagangan kita saat ini,” jelas Menperin dalam siaran pers di situs Kemenperin, Rabu (18/5).
Kinerja ekspor jugalah yang membuat industri pengolahan berkontribusi pada surplusnya neraca perdagangan di April 2022 yang mencapai US$7,56 miliar. Berdasarkan data BPS, nilai ekspor pada April 2022 sebesar US$27,32 miliar dan sebanyak US$19.08 miliar berasal dari industri pengolahan.
Ke depannya, tentu pihak Kemenperin ingin konsisten melaksanakan program hilirisasi industri sebagai upaya pemberian nilai tambah produk industri dalam negeri di tengah harga komoditas yang kian naik dan untuk membuat produk industri berdaya saing global.
Indonesia juga harus pintar memanfaatkan momentum-momentum yang ada. Seperti konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan disrupsi rantai suplai global. Sektor industri Indonesia bisa mengambil kesempatan menjadi pemasok utama untuk pasar global.
Selain itu pemerintah juga perlu memanfaatkan momentum Presidensi G20 di mana Indonesia didapuk sebagai tuan rumah. Pemerintah yang proaktif melakukan berbagai program-promosi produk lokal di kancah internasional bisa meningkatkan kerja sama bilateral dan multilateral.
“Selain akan menciptakan lapangan kerja melalui kerja sama investasi, event tingkat tinggi tersebut juga berpeluang membuka keran ekspor bagi produk-produk industri kecil dan menengah (IKM),” pungkas Agus.