Berdasarkan presentasi G20 Indonesia 2022 dalam topik “Gap Analysis on Food Loss and Waste Indices” hal yang menjadi concern seputar pangan adalah soal masalah sampah, food loss dan food waste (limbah pangan dan susut pangan). Pernahkah kamu mendengar istilah satu ini?
Jadi, masing-masing diantaranya punya pengertian yang berbeda. Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari sayur-sayuran, buah-buahan, atau makanan mentah lainnya yang sudah nggak bisa diolah dan dibuang begitu saja.
Sedangkan, food waste adalah makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia, tetapi dibuang begitu saja. Buruknya, kini food waste semakin menumpuk dan berpotensi menghasilkan gas metana serta karbondioksida yang tidak sehat untuk Bumi.
Banyaknya Sampah Makanan yang Terbuang
Berdasarkan kajian Bappenas, sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2019 tercatat mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-118 kilogram per kapita setiap tahunnya.
Di sisi lain, berdasarkan data yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, dari seluruh jenis sampah yang dibuang, sampah sia makanan jadi komposisi yang paling banyak yakni sebesar 29,1 persen.
Mengenai hal ini, Amri Ilmma selaku Chief Operating Officer Edufarmers menyampaikan hasil presentasi dari G20 yang menyatakan bahwa sepertiga dari seluruh makanan itu wasted sebanyak 14%.
“Kemudian rata-rata kehilangan secara global sebelumnya (tahun 2021) diketahui mencapai 940 miliar dolar per tahunnya. Itu dari food loss,” ujarnya pada Rabu, (28/9). Jumlah yang nggak sedikit, Sob!
Penyebab Food Loss dan Food Waste
Berbagai macam penyebab makanan hingga dikatakan food loss, antara lain bisa karena proses pra-panen yang nggak terlalu menghasilkan mutu di pasar, ‘permainan’ harga pasaran yang menyebabkan pangan tidak terjual, terlalu lama disimpan yang menyebabkan basi, berjamur, dan lain sebagainya.
Sedangkan penyebab food waste adalah ketika seseorang mengonsumsi yang tidak sesuai porsinya lalu nggak dihabiskan, membeli atau memasak makanan yang nggak kamu suka, serta membeli makanan berlebihan sehingga menyebabkan sisa.
Solusi Food Loss dan Food Waste
Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas RI, Anang Nugroho mengatakan hampir sebagian besar sampah Indonesia, diantara 80 hingga 90% merupakan sampah pangan. Hal ini patut jadi perhatian bersama. Oleh karenanya, ia meminta kepada media untuk membantu menyebarluaskan informasi seputar pangan terutama soal food loss dan food waste.
“Nah saya minta tolong bantuan banget sama teman-teman kalau bisa TikTok isinya 80-90% isinya tentang pertanian, lah,” tutupnya.
Di samping itu, Chief Operating Officer Edufarmers, Amri Ilmma, memaparkan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini dari segi produksi adalah membuat hidroponik kecil-kecilan sekaligus menginformasikan sekitar mengenai kampanye ini.
“Jadi saya rasa ke depannya kayaknya kampanye food loss dan food waste ini perlu ditingkatkan lagi untuk menyadarkan kita. Mulai dari makan apa yang pengin kita makan saja jangan berlebihan, itu satu. Lalu yang kedua, kalau sudah diambil dihabiskan. Itu saya rasa yang bisa saya ambil dari produksi dan di level rumah tangga dalam mengatasi food loss dan food waste,” pungkas Amri.
Selain itu Michelle Arsjad selaku VP of Growth and Marketing Segari turut mengemukakan upayanya melalui pendistributor yang cepat.
“Semua sayur-sayuran dan buah-buahan yang datang dari pabrik sampai ke rumah konsumen cuma 15 jam. Jadi benar-benar panen dan sampai di konsumen masih dalam keadaan fresh. Karena kalau fresh ia akan bertahan di kulkas lebih lama sehingga dapat menghindari food waste,” ujarnya.
Sobat SJ, jangan sampai di antara dari kita melakukan food waste atau food loss, ya. Sebab perlu diingat, masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan makanan, loh. Makan secukupnya saja, kalau kekenyangan jangan dibuang alias kasih aja ke teman kamu, barang kali dia mau cicipi, tuh.