Wayang merupakan salah satu warisan budaya dari Indonesia yang memiliki beragam jenis. Mulai dari wayang kulit, wayang golek, wayang suluh, wayang purwa, wayang klitik, dan masih banyak lagi. Namun, pernahkah kalian mendengar mengenai Wayang Orang Bharata? Jika belum, simak artikel ini sampai habis, ya, untuk memperingati hari Wayang yang jatuh pada 7 November.
Awal Mula Wayang Orang Bharata
Yaps, sesuai dengan namanya, Wayang Orang Bharata merupakan pertunjukkan kesenian wayang yang diperankan langsung oleh manusia. Wayang satu ini punya komunitas tersendiri, loh. Berdirinya sudah dari tahun 1963 dengan saat itu bernama Kesenian Wayang Orang Panca Murti.
Dahulu paguyuban wayang ini bermarkas di Gedung Wayang Orang Bharata, Senen, Jakarta Pusat. Akan tetapi di tahun 1972 nama gedung tersebut telah berubah menjadi Wayang Orang Bharata (WOB). Akibatnya beberapa orang meninggalkan gedung ini dan sebagian lainnya membangun ulang komunitas tersebut.
Dari sebagian orang yang masih bertahan pada paguyuban tersebut, mereka mencoba mengajak salah satu sutradara Tanah Air yakni Djadoeg Djajakusuma. Sebab, sebelumnya mereka pernah bekerja sama dalam satu pertunjukkan berjudul Bima Kroda di tahun 1967. Hingga pada akhirnya, pada 5 Juli 1972 WOB telah diresmikan sebagai paguyuban sebagaimana yang dikenal sampai detik ini.
Paguyuban ini menaungi lebih dari 100 penari, pengrawit, dan sinden lintas generasi. Pertunjukkan WOB masih rutin dilaksanakan sampai saat ini setiap akhir pekan.
Bertarung dengan Arus Zaman
Namun, sayangnya saat ini komunitas tersebut sedang bertarung dengan arus zaman yang kian modern. Sebab, untuk melestarikan wayang satu ini cukup sulit, Sob. Marsam Atmojo selaku Ketua Paguyuban Wayang Orang Bharata mengatakan bahwa jangan sampai di masa depan ketika mau belajar seputar kesenian wayang dan tarian Jawa harus ke luar negeri. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang luar mempelajari kesenian ini dengan mendalam.
“Tahun ini saya mengajak anak-anak dari keturunan pemain WOB maupun yang bukan untuk berkumpul. Saya bilang bahwa orangtua mereka datang dari penjuru Jawa, membawa kesenian ini. Mau tidak mau bantu untuk melestarikan. Kalau tidak, berarti Wayang Orang Bharata sampai di sini saja. Karena orangtua kalian sudah manula bahkan sudah ada yang wafat,” cerita Marsam seputar perjalanan WOB di masa sekarang, dikutip Spektabel.
Pagelaran yang Bersifat Sukarela
Beruntungnya, WOB terus dilestarikan sampai saat ini sehingga mereka masih menggelar pertunjukkan walaupun hanya seminggu sekali. Sejak awal, paguyuban ini memang bersifat sukarela. Melansir halaman resmi DKJ, masalah anggaran dan pembiayaan dari pementasan ini, banyak berasal dari donatur dan lainnya. Selain itu, penjualan tiket juga masih berasal dari subsidi pemerintah DKI Jakarta.
Soal tiket, untuk bisa melihat pagelaran dari paguyuban WOB cukup merogoh kocek Rp60 ribu bagi kelas VIP (Very Important Person), Rp50 ribu untuk penonton kelas 1, dan Rp40 ribu dengan lokasi menonton di balkon.
Cukup murah, kan, Sobat? Kapan lagi dengan harga segitu kamu bisa melihat pertunjukkan wayang di ibu kota. Di hari Wayang saat ini, mari kita sama-sama lestarikan kesenian wayang agar terus hidup mengikuti perkembangan zaman. Agendakan untuk nonton gelaran tersebut, yuk!