Setiap tanggal 17 Oktober, seluruh dunia memperingati International Day for the Eradication of Poverty atau Hari Pengentasan Kemiskinan. Hmm, kemiskinan mengapa harus diperingati, ya? Ternyata hal ini menjadi pengingat baik bagi dunia dan kita untuk senantiasa mengentaskan kemiskinan di dalam kehidupan ini.
Berdasarkan buku Hari-hari Penting Internasional karya Nina Rahmawati (Laksana, 65) pada tahun 1992, PBB menetapkan Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia. Secara resmi, peringatan ini pertama kali diadakan tahun 1993. Namun hari peringatan tersebut sudah ada di Paris semenjak 17 Oktober 1987.
Dalam sejarah Prancis, peringatan ini digagas oleh politikus sekaligus aktivis kemiskinan asal negara Eropa tersebut, Josep Wresinski. Pada 17 Oktober 1987, ia sukses mengumpulkan 100.000 orang untuk menghormati korban kelaparan, kekerasan, kemiskinan, dan ancaman di Human Rights and Liberties Plaza, Paris. Gerakan tersebut kemudian menginspirasi PBB yang pada akhirnya mengesahkan Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia.
“Lantas, bagaimana dengan kemiskinan di Indonesia, ya?”
Karena Indonesia adalah negara berkembang, kerap kali ‘mendulang’ image bahwa Indonesia terjamah oleh kemiskinan. Melansir World Population Review, Indonesia rupanya ada di posisi ke-73 dari 100 negara termiskin di dunia. Hal ini diukur dari Gross National Income (GNI) atau pendapatan nasional bruto per kapita. Tercatat pendapatan nasional bruto RI adalah US$3.870 per kapita pada 2020.
Sementara, mengutip Global Finance Magazine, Indonesia jadi negara termiskin nomor 91 di dunia pada 2022. Hal ini diukur melalui Produk Domestik Bruto (PDB) dan Purchasing Power Parity (PPP). Tercatat, PDB dan PPP Indonesia sebesar US$14.535.
Tapi tenang, Sob, posisi ini masih lebih baik dari beberapa negara di Asia Tenggara lainnya seperti Vietnam yang ada di urutan ke-82, Filipina ke-72, dan Kamboja ke-46.
“Ih, berarti Indonesia masuk negara miskin, dong?”
Hmm, iya. Hal ini dikarenakan Bank Dunia alias World Bank sempat mengubah batas garis kemiskinan. Inilah yang menjadi alasan sebanyak 13 juta warga Indonesia yang sebelumnya masuk golongan menengah ke bawah menjadi jatuh miskin. Basis perhitungan ini berfokus pada keseimbangan kemampuan belanja tahun 2017. Sementara basis perhitungan yang lama adalah tahun 2011.
Sedangkan batas garis kemiskinan Bank Dunia berbeda dari acuan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Menurut Bank Dunia, batas garis kemiskinan adalah US$2,15 per kapita per hari. Dengan asumsi kurs Rp15.216 per dolar AS, maka batas kemiskinan menurut World Bank adalah Rp984.369 per kapita per bulan.
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), mereka mengartikan garis kemiskinan sebagai cerminan nilai rupiah pengeluaran minimum yang diperlukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya selama sebulan. Baik itu makanan atau non-makanan, Sob.
Garis kemiskinan yang digunakan BPS pada Maret 2022 adalah Rp505.469 per kapita per bulan dengan komposisi GKM (Garis Kemiskinan Makanan) Rp374.455 sebanyak 74,0% dan GKNM (Garis Kemiskinan Non-Makanan) Rp131.014 sebesar 25,92%.
Namun, Menteri Dalam Negeri yakni Tito Karnavian optimis kalau Indonesia bisa keluar dari daftar 100 negara termiskin di dunia. Sebab ia melihat tingkat inflasi sekaligus pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai masih cukup positif.
“Saya kira dengan indikator-indikator yang ada relatif masih mampu survive bahkan mudah-mudahan bisa rebound membaik,” paparnya di kantor BPS, Senin (3/10).
Tito menjelaskan, Indonesia masuk ke dalam 100 negara termiskin di dunia karena dampak dari pandemi COVID-19. Menurutnya, pandemi berdampak luar biasa terhadap ketahanan ekonomi setiap negara. Namun, kondisi ekonomi yang minus tersebut tidak hanya dirasakan di Indonesia, kok, Sob.
Upaya Pemerintah Mengentaskan Kemiskinan Indonesia
Walau kedudukan Indonesia dalam upaya pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs naik dari 97 pada tahun 2021 menjadi 82 di tahun 2022, pemerintah masih punya pekerjaan rumah, Sob. Khususnya dalam mencapai target SDGs pertama yakni memberantas kemiskinan.
“Guna meniadakan kemiskinan dalam bentuk apa pun sebagaimana tujuan SDGs pertama, misalnya, pemerintah mengedepankan kebijakan perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat,” ujar Wakil Presiden RI (Wapres) Ma’ruf Amin, saat membuka Indonesian SDGs Corporate Summit (ISCOS) 2022, Selasa (06/09).
Ma’ruf Amin juga menambahkan, pemerintah akan terus mengakselerasi upaya pengurangan kemiskinan ekstrem hingga mencapai nol persen pada tahun 2014. Ia menekankan pentingnya kerja sama pada semua pemangku kepentingan dalam mencapai target tersebut.
“Integrasi, sinergi, dan kolaborasi program/kegiatan dari berbagai kementerian/lembaga, serta pelibatan aktor nonpemerintah menjadi kunci sukses agenda pencapaian nol persen kemiskinan ekstrem. Di samping tentunya, akurasi data sasaran penerima manfaat program,” imbuhnya.
Walau Indonesia masuk ke dalam daftar 100 negara termiskin, semoga di Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia ini kita bisa bergotong-royong bersama untuk bisa lepas dari situasi tersebut, ya. Sebab kalau menukil lirik lagu Bondan Prakoso yang bertajuk Ya Sudahlah, “Janganlah kau bersedih, ’cause everything’s gonna be okay,” dengan catatan kita bekerja sama, ya, Sob!