Setiap tanggal 5 Juni, kita memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environtment Day (WED). Peringatan ini digagas saat Konferensi Stockholm Pemukaan Konferensi Lingkungan Hidup Manusia yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Swedia yang mebahas isu tentang lingkungan.
Bertahun-tahun setelah Konferensi Stockholm 1972, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia berkembang menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah yang dihadapi lingkungan, mulai dari sampah plastik, polusi udara atau emisi karbon hingga keberlanjutan konsumsi.
Pada 2022 ini, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia kembali mengangkat tema yang sama seperti 50 tahun yang lalu yaitu “Only One Earth” (Sustainably in Harmony with Nature). Sedangkan pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah memutuskan untuk menggunakan tema Indonesia yaitu “Satu Bumi untuk Masa Depan”.
Industri Berwawasan Lingkungan, Upaya RI Jaga Kelestarian Lingkungan
Salah satu bentuk upaya menjaga kelestarian lingkungan dan juga meminimalisir dampak perubahan iklim secara global dilakukan Indonesia lewat Indusri yang berwawasan lingkungan. Tentu, kita sudah mendengar kabar tentang Kawasan Industri Hijau pertama dan terbesar di dunia yang akan segera dibangun di Kalimantan Utara.
Di Kawasan Industri Hijau inilah, sekumpulan perusahaan atau industri yang menerapkan teknologi atau produksi bersih, memproses limbah atau sampah yang dihasilkan, dan/atau melakukan usaha-usaha mengurangi emisi gas rumah kaca di lokasi produksinya.
Tak hanya lewat pembangunan baru Kawasan Industri Hijau, Indonesia juga akan melakukan transformasi industri yang sudah ada agar melakukan kegiatan produksi yang berawawasan dan ramah lingkungan.
Mulai dari sektor yang sedang ‘naik daun’ yaitu industri kendaraan listrik. Mobil atau sepeda motor listrik dianggap lebih sedikit mengeluarkan emisi karbon karena tak menggunakan bahan bakar fosil.
Indonesia pun sedang membangun ekosistem industri kendaraan listrik lewat klaster EV di kawasan industri Morowali, pabrik baterai listrik di Karawang hingga menjajal kerjasama dengan produsen kendaraan listrik dunia, Tesla.
Di sektor petrokimia yang merupakan sektor penting karena menyediakan bahan bakar hampir untuk seluruh sektor industri di hilir dari industri plastik, tekstil, cat, kosmetik, hingga farmasi. Ke depannya industri petrokimia akan menerapkan prinisp efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan dan melakukan praktik ekonomi sirkular hingga menggunakan biomassa sebaga energi alternatif yang ramah lingkungan.
Sedangkan di industri fesyen yang limbahnya paling banyak menyumbang dampak pada lingkungan, juga mulai mengadaptasi prinsip fesyen sirkular yaitu produk mode yang dirancang, bersumber, diproduksi, dan dilengkapi dengan tujuan memperpanjang manfaat dari sebuah rantai produksi serta konsumsi sehingga bisa menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (resource efficiency).
Sehingga daya tahan pakaian lebih lama dan tak cepat dibuang hingga menambah limbah fesyen. Selanjutanya, ada juga industri farmasi atau industri kesehatan yang berencana akan memanfaatkan biodiversitas keanekaragamana tumbuhan herbal Indonesia dan memproduksinya menjadi produk Obat Model Asli Indonesia (OMAI). Produk ini dihasilkan melalui teknologi modern serta minim dampak terhadap lingkungan.
Industri furnitur yang selalu berkaitan dengan lingkungan karena bahan bakunya diambil dari kayu di pohon juga akan menerapkan konsep ramah lingkungan dengan melakukan inovasi pada penggunaan bahan baku sekaligus untuk menjaga ketersedian bahan baku.
Sektor perhotelan yang juga merupakan bagian dari industri pariwisata yang berkelanjutan juga akan berwawasan lingkungan. Contohnya terletak pada perhotelan yang kini telah banyak memakai tenaga surya untuk pemanas air,
Tentunya, banyak lagi sektor industri lainnya yang juga digerakkan untuk bertansformasi menjadi industri yang menerapkan prinsip-prinsip hijau serta berkelanjutan.