Bioskop Tanah Air sudah mulai ramai dikunjungi para penikmat film, seiring bangkitnya kembali industri perfilman di Indonesia. Banyak muda-mudi di akhir pekan biasanya mengajak ayang-nya untuk menonton bioskop. Tapi, biasanya nih, setelah beli tiket film, ayang nunjuk atau kepingin popcorn buat cemilan saat nonton film yang dipilih.
Sayangnya, kadang pas dilihat-lihat harganya, kita berpendapat “Waduh pricey juga yah, hehe”. Nah, Sobat, kamu nggak perlu kaget, karena hal tersebut sangat wajar. Harga popcorn dan juga makanan minuman lainnya di bioskop bisa mahal ketimbang harga tiket ini ternyata ada alasannya, lho!
Bagi Hasil Penjualan Tiket Film di Bioskop dengan Pihak Ketiga
Simple-nya gini, Sob, pendapatan utama bioskop udah jelas bukan hanya dari penjualan tiket film. Ketika sebuah bioskop ingin menayangkan sebuah film, ia harus setuju untuk membayar ke distributor dan juga pembuat film persentase dari semua penjualan tiket. Persentase ini lebih tinggi selama beberapa minggu pertama film dan menurun seiring waktu, tetapi umumnya rata-rata hingga 70%. .
Apalagi kalau filmnya nge-hits macam film keluaran Marvel Studios hingga yang viral seperti KKN di Desa Penari gitu. Pembuat film dan distributor bisa saja nuntut bagi hasil yang lebih tinggi lagi. Meskipun, kata kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf, rata-rata produsen mendapat jatah Rp15.000 untuk satu lembar bioskop terjual.
Nggak cuma harus mikin bagi hasil ke studio film dan distributornya, tentunya kamu nggak lupa dong kalau bioskop juga harus bayar sewa di mal/pusat perbelanjaan, gaji staf dan semua peralatan video dan audio kelas atas yang mahal itu?
Dengan menjual makanan dan minuman, salah satunya popcorn, jadi salah satu solusinya serta juga penjualan merchandise juga.
Lah, kenapa bukan harga tiketnya aja yang dinaikkin? Begini, Sobat, pihak bioskop ingin menjaga agar harga tiket film tetap rendah dan secara psikologis juga bisa diterima oleh konsumen. Ingat, di bioskop itu tiket film adalah komoditas primer. Sedangkan makanan dan minuman adalah komoditas sekunder. Lagian, kalau tiket dinaikkan dan jumlah penjualan membludak, tetap akan dibagi lagi dengan pihak ketiga.
Penjualan Makanan dan Minuman di Bioskop Bantu 30% Pemasukan
Diketahui, bahkan penjualan makanan dan minuman di bioskop bisa memberikan kontribusi hingga 30% pemasukan. Hal ini diungkap oleh Presiden Direktur PT Tripar Multivision Plus, Raam Punjabi. Tidak seperti tiket film, hasil penjualan dari makanan-minuman serta merchandise sepenuhnya menjadi milik mereka.
Pihak bioskop menyasar orang-orang yang kerap datang ke bioskop tanpa peduli film apa yang lagi diputar saat itu. Mungkin Sobat juga pernah mengalaminya, iseng jalan ke mall, belom ada ide mau ngapain, eh tiba-tiba melipir ke bioskop untuk menghabiskan waktu.
Apalagi sebelumnya nggak prepare mau ke bioskop dan tahu bahwa nonton bioskop bisa berjam-jam lamanya, sedangkan mau makan dulu di luar mager (malas gerak) atau sudah mepet waktu tayang, maka mau nggak mau jadilah beli makanan dan minuman di bioskop, daripada kelaparan, ya ‘kan?
Biasanya, lebih mudah membuat orang membelanjakan lebih banyak uang setelah mereka mulai berbelanja. Membuat mereka mengeluarkan sedikit lebih banyak untuk makanan dan minuman untuk menemani menonton film itu tidak akan terlalu sulit.
Sedangkan dari tipe konsumen yang menonton film-film tertentu (momentum film populer atau sekadar ingin melihat aktor favorit) cenderung enggan mengeluarkan uang dalam jumlah besar.
Terlebih, pengelola bioskop juga ada sedikit feel sebagai penguasa wilayah. Ya, ketika kamu menonton di teater bioskop, kamu sudah otomatis masuk ke wilayah kekuasaan mereka dan harus mematuhi aturan, termasuk tidak boleh bawa makanan dan minuman dari luar. Hal ini jugalah yang kerap diterapkan ke tempat-tempat seperti kolam renang hingga stadion.
Hayo, kira-kira ada nggak nih sobat SJ yang pernah melanggar aturan nyelipin makanan ke dalam bioskop?