Di tengah isu kenaikan BBM di Indonesia, tahukah kamu justru harga minyak dunia anjlok dalam sebulan terakhir? Penurunan harga minyak dunia disebut karena tingginya inflasi dan juga hal-hal yang terjadi di negara yang tergabung dalam OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries).
Melansir dari Katadata.co.id, pada Rabu (31/8/2022), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober anjlok sebesar US$5,78 atau 5,5% menjadi US$99,31 per barel dari yang sebelumnya di level US$ 105,9 per barel.
Selain Brent, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga tergelincir US$ 5,37 ata u5,5%, menjadi ditutup pada US$91,64 per barel.
Tak hanya harga yang anjlok, pasokan minyak mentah dunia juga dalam stok yang terendah. Hal ini diungkap oleh Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di B OK Financial.
“Penyimpanan minyak mentah minggu ini mengalami penurunan sekitar 500.000-600.000 barel, yang jika dilihat merupakan stok terendah dalam tiga bulan,” tambahnya.
Inflasi Sentuh Dua Digit hingga Kerusuhan di Irak Jadi Pemicunya
Inflasi di sejumlah negara maju banyak yang sudah mendekati dua digit. Hal ini membuat bank sentral negara-negara tersebut terpaksa menggunakan strategi menaikkan suku bunga.
Bank sentral Amerika, The Fes telah menaikkan suku bunga acuan yang akhirnya membuat posisi menjadi lebih kuat. Menyusul, bank sentral Eropa (BCB) juga akan membuat kebijakan menaikkan suku bunga.
Tak hanya itu, di tengah kondisi inflasi besar-besaran dan krisis pangan-energi, tengah terjadi pula kerusuhan yang terjadi negara anggota OPEC yaitu Iran. Adanya bentrokan di Baghdad dikhawatirkan bisa mengurangi pasokan.
Namun, dari pihak Irak sendiri atau perusahaan pemasaran minyak nasional Irak SOMO Alaa Al-Yassiri mengatakan bahwa negara penghasil minyak tersebut memiliki kapasitas untuk meningkatkan ekspor ke semua tujuan dan tidak akan menolak permintaan minyak lebih banyak.
Lebih lanjut, negara-negara OPEC yang berperan besar sebagai pemasok minyak untuk pasar global malah berencana akan mengurangi produksi minyak kontrak berjangka tak lagi mencerminkan fundamentalnya. Pada 5 September mendatang, rencananya Arab Saudi dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya OPEC akan mengadakan pertemuan untuk membahas hal tersebut.
RI Tetap Harus Waspada
Meski tren harga minyak di pasar global terus bergejolak, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengatakan bahwa Indonesia harus tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi kepada komoditas tersebut. Karena bisa sewaktu-waktu melambung tinggi kembali dan tentunya melonjaknya harga minyak juga bakal berpengaruh terhadap nilai jual produk pangan di pasar domestik.
“Poinnya adalah, komoditas-komoditas pangan dan energi yang begitu menentukan kesejahteraan rakyat di mana pun, dihadapkan pada kenaikan yang melambung sangat tinggi, lebih dari 100 persen, dan bergejolak pada level yang tinggi,” tuturnya.
Mungkin kekhawatiran Sri Mulyani beralasan. Karena mengapa negara OPEC yang justru bertanggung jawab terhadap pasokan minyak dunia malah mau mengurangi produksi minyak? Apakah mereka berusaha gatekeeping sisa minyak dunia yang masih melimpah di negara mereka? Kalau sampai itu benar terjadi, akhirnya bisa membuat harga minyak global dan BBM Indonesia melonjak, lho.