Seperti yang diberitakan sebelumnya, beberapa negara di dunia termasuk Indonesia diprediksi akan mengalami ancaman resesi pada tahun ini. Akibatnya akan berpengaruh pada harga-harga lain, termasuk harga logam mulia yang diprediksi akan naik hingga sentuh kisaran Rp1,5 – 1,6 juta per gram.
Dengan demikian, prediksi tersebut dapat menunjukkan bahwa komoditas emas menjadi salah satu aset safe haven yang paling banyak diburu di tengah ancaman resesi pada 2023.
Sebelumnya, melansir Tradingeconomics via Kontan, per 30 Desember 2022 saja, harga emas dipasaran terpantau menurun sekitar 0,26% secara tahunan ke level US$1.823,68 per troi ons. Namun, bila melihat dalam sebulan, harga emas spot meningkat 1,15%.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and lar Studies (Celios), Bhima Yudhistira, ke depannya Indonesia akan memasuki fase emas sebagai aset pengamanan di saat ancaman resesi.
“Ada beberapa faktor pemicu naiknya harga emas. Salah satunya inflasi yang tinggi disertai berkurangnya kesempatan kerja atau biasa dikenal dengan stagflasi akan memicu investor membeli emas dalam jumlah besar,” ungkapnya, pada Minggu (8/1).
Selain itu, untuk faktor kedua bisa juga dipengaruhi dari penerbitan bank emas atau bullion bank yang didorong oleh beberapa negara, salah satunya Indonesia yang tercantum dalam UU PPSK. Apa maksudnya?
Dalam hal ini maksud pernyataan di atas artinya menjadikan emas sebagai komoditas yang mudah untuk menarik peminat. Dengan demikian jangkauan peminat emas akan semakin meluas.
Untuk faktor yang ketiga, naiknya harga emas bisa dipicu karena adanya pengetatan moneter di negara maju. Dampaknya emas akan semakin diandalkan sebagai hedging terhadap naiknya resiko suku bunga. Sementara itu, untuk faktor yang terakhir bisa juga disebabkan karena tak ditemukannya cadangan emas lagi.
“Terbukti dalam jangka pendek sehingga outlook supply emas tidak akan meredam kenaikan harga,” imbuh Bhima.
Lantas, berkat praduga emas yang positif, Bhima memberikan saran kepada investor agar sebaiknya menyisihkan portofolio untuk investasi lebih besar ke aset emas, misalnya 25% dari total investasi.
Di sisi lain, analis DCFX Futures Lukman Leong juga memperkirakan bahwa kepedannya harga logam mulia seperti emas akan menjadi komoditas yang bersinar di tahun ini.
Ia mengatakan bahwa tak dipungkiri lagi kinerja ekonomi global ekspektasi suku bunga Federal Reserve masih akan membayangi. Namun, saat kondisi ekonomi sedang sulit juga jadi peluang bagi emas untuk dilirik kembali sebagai aset safe haven.
“Emas memiliki kesempatan bersinar ketika ketidakpastian dan kekuatiran resesi,” pungkasnya, pada Sabtu (31/12/2022) lalu.