Ada kabar kurang menyenangkan dari industri logam. Meski kerap menjadi andalan sektor manufaktur, ternyata harga komoditas logam industri kian menurun. Kira-kira apa penyebab harga komoditas logam industri menurun?
Para ekonom dan pelaku industri menyebutkan penyebab harga komoditas logam industri mengalami penurunan karena beberapa faktor. Dari mulai resesi yang dialami sejumlah negara di dunia—termasuk Amerika Serikat dan Inggris, penolakan dunia barat terhadap komoditas logam dari Rusia, hingga turunnya aktivitas pabrik Cina sebagai konsumen logam industri terbesar dunia.
Rentetan ketidakpastian ekonomi global menyebabkan tak seimbangnya antara pasokan (supply) yang melimpah dengan permintaan (demand) yang rendah. Hal ini kemudian berpengaruh ke harga-harga logam industri seperti timah, tembaga, alumunium, dan nikel yang ikut melemah.
Sekadar informasi, kini harga aluminium berjangka turun hingga di bawah 2.250 dolar AS per ton, mendekati level terendah sejak November 2022. Untuk nikel, diperdagangkan di sekitar 21.000 dolar AS per ton, tidak jauh dari titik terendah selama 10 bulan belakangan.
Hanya harga timah yang lumayan melonjak di atas 25.600 dolar AS per ton yang merupakan level tertinggi selama lebih dari tiga minggu. Sementara harga tembaga berjangka bergerak terbatas. Menurut perkiraan pelaku industri, harga tembaga juga akan menurun. Padahal dari sisi supply sedang melimpah di dunia, terutama di Indonesia.
Produksi nikel Indonesia telah tumbuh menjadi 1,58 juta ton pada tahun 2022, terhitung hampir setengah dari pasokan dunia. Bahkan Kelompok Studi Nikel mengatakan bahwa saat ini pasar nikel menghadapi surplus permintaan-pasokan terbesar dalam setidaknya satu dekade.
Belum lagi faslitas smelter-smelter yang juga sedang ditingkatkan hingga menghasilkan lebih banyak lagi produksi aluminium untuk beberapa bulan mendatang. Malahan kemungkinan akan terjadi kelebihan pasokan aluminium pada akhir tahun.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memprediksi hingga akhir tahun harga logam industri bisa terus merosot.
Sutopo memperkirakan hingga akhir tahun harga timah akan diperdagangkan di level 22.076,77 dolar AS per ton, tembaga diperdagangkan pada level 3,41 dolar AS per pon, lalu nikel bakal berada di level 17,980,08 dolar AS per ton. Sementara itu, alumunium diperkirakan akan berada di harga di 2.075,67 dolar AS per ton.