Dengan melesatnya harga kapas dunia, diperkirakan akan mempengaruhi industri tekstil di Indonesia, khususnya harga pakaian dan sejenisnya. Diperkirakan, saat ini harga bahan baku pakaian mencapai US$ 1,16 per pon atau sekitar Rp 16.530 per pon (dengan asumsi kurs Rp. 14.250 per US dollar.
Harga kapas dunia sendiri melesat lebih dari 6 persen dalam beberapa waktu belakangan ini. Sedangkan sepanjang tahun 2021 (years-to-date/YTD), harga kapas sudah naik hingga mencapai 47 persen yang menjadi tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Diketahui, melonjaknya harga kapas tersebut terjadi karena beberapa faktor, mulai dari pemblokiran terhadap perusahaan-perusahaan Amerika Serikat saat masih dipimpin oleh Donald Trump (Desember 2020), hingga meningkatnya permintaan tekstil setelah adanya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Di sisi lain, cuaca ekstrem (kekeringan) dan gelombang panas banyak memusnahkan tanaman kapas yang ada di Amerika Serikat (pengekspor komoditas terbesar di dunia) turut mempengaruhi pergerakan harga kapas.
Menurut Robert Samuels, analis dari UBS (US Bancorp Common Stock) mengungkapkan jika sektor yang paling terdampak oleh kenaikan harga kapas yaitu mereka yang bergerak dalam industri denim, di mana kapas menyumbang lebih dari 90 persen bahan baku yang digunakan membuat jeans.
Salah satu pelaku bisnis pakaian denim, Levi’s sudah berusaha meredakan ketakutan yang terjadi pada bisnis denim, dengan menegosiasikan sebagian besar biaya produknya hingga semester pertama pada 2022, atau inflasi satu digit yang sangat rendah.
Pada semester kedua, pihak Levi’s berharap adanya peningkatan setidaknya satu digit, di mana hal tersebut dapat mengimbangi kenaikan bahan dasar pakaian dengan tindakan penetapan harga yang sudah ditentukan.
Sekedar informasi saja, kenaikan harga kapas dunia bukan kali ini saja, terakhir kali kenaikan harga terjadi pada 7 Juli 2011 silam.