Harga Batu Bara Melejit di Pasar Global, Pengusaha RI Ikut Untung?

Tingginya harga batu bara di pasar global turut mengkatrol average selling price (ASP) sejumlah perusahaan lokal.

harga batu bara melejit

Ilustrasi kegiatan di tambang batu bara. Sumber foto: dunia-energi.com

Komoditas batu bara menjadi salah satu primadona yang banyak diperbincangkan beberapa waktu belakangan ini. Banyaknya permintaan batu bara di pasar global yang akhirnya bisa membuat harga emas hitam tersebut melejit.

Harga batu bara yang melejit ini bahkan dikatakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif akan berlangsung hingga tahun depan alias 2023, wow

Sebenarnya, kenapa sih harga batu bara bisa melambung tinggi? Diketahui ada beberapa faktor penyebabnya. Yang pertama imbas tensi geopolitik Rusia-Ukraina yang membuat negara Eropa kekurangan pasokan batu bara masih terasa. Selain itu, permintaan batu bara juga semakin meningkat dari dua negara lainnya yaitu India dan Tiongkok.

For your information, kini Tiongkok tengah dilanda fenomena gelombang panas yang mengakibatkan pemakaian listrik meningkat hingga lama-kelamaan pasokan batu bara mereka menipis. Akhirnya negara-negara Asia bergabung bersama negara Eropa membutuhkan lebih banyak pasokan batu bara sehingga membuat harga komoditas ini to the moon.

Hingga kini harga batu bara masih dan diperkirakan akan tetap bergerak di kisaran US$400 per ton. Melansir dari CNBC Indonesia, harga batu kontrak di pasar ICE Newcastle ditutup di US$427 per ton. Harganya pun menguat hingga 3,45%.

Pengusaha Batu Bara di Indonesia Kecipratan Untung?

Tingginya harga batu bara global membuat Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alam batu bara ikut kecipratan berkahnya. Hal ini terlihat dari sejumlah perusahaan yang mencatatkan penjualan dan laba yang tinggi di semester 1 2022. Lalu, siapa saja perusahaan RI yang mendulang cuan dari melejitnya harga batu bara global?

Salah satunya adalah emiten BUMN pertambangan batu bara sekaligus anak usaha MIND ID, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mencatatkan lonjakan pendapatan dan laba bersih pada semester I/2022. Bukit Asam membukukan pendapatan Rp18,42 triliun pada semester I/2022.

Emiten pertambangan batu bara lainnya, PT Indika Energy Tbk (INDY), juga membukukan laba bersih sebesar US$ 200,65 juta atau setara Rp 3 triliun pada semester pertama tahun ini. Sama dengan PT Indika Energy, Adaro Minerals Indonesia (ADMR) berhasil mengantongi laba periode berjalan sebesar US$202 juta atau sekitar Rp 3 triliun.

Sementara itu, United Tractors Tbk (UNTR) juga berhasil mencetak kinerja ciamik, yang didorong oleh segmen bisnis batubaranya. Adapun laba bersih yang dikempit UNTR mencapai Rp 10,4 triliun, melesat 129 % secara year-on-year (yoy).

Naiknya laba bersih yang didapatkan perusahaan dalam negeri diakibatkan karena harga pasaran global batu bara yang melejit juga dapat mengerek average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata.

Contohnya, PT Kideco Jaya Agung (Kideco), anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY), mempunyai kenaikan harga jual rata-rata batu bara sebesar 86,7% menjadi US$ 89,2 per ton pada enam bulan pertama 2022. Sedangkan ADMR mencatatkan kenaikan ASP sebesar 143%.

Exit mobile version