Dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional yang jatuh setiap 25 November, kali ini Sampaijauh akan menyuguhkan beberapa profil guru-guru Indonesia yang sangat berjasa di dunia pendidikan dan berprestasi di tingkat internasional.
Tentu saja, profil guru-guru Indonesia yang berjasa serta berprestasi ini telah menghabiskan tenaga dan waktu untuk memajukan pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di Tanah Air, mereka adalah:
Sugeng Purnomo
Seorang guru pengajar SD (Sekolah Dasar) Negeri Tambora yang harus rela mengajar murid-muridnya di desa terpencil di tengah perkebunan kopi bernama Desa Oi Bura yang terletak di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara barat.
Setiap hari ia harus menempuh jarak 12 km dan menembus hutan untuk mengajar anak-anak kelas tiga di SD tersebut. Di masa pandemi sendiri, Pak Sugeng harus menghampiri rumah murid-muridnya, karena sekolah tempat ia mengajar tidak bisa melakukan pengajaran secara daring karena sarana dan prasarana di sekolah tersebut belum tersedia.
Saat ini, ia sangat berantusias kembali mengajar setelah pemerintah membolehkan pengajaran tatap muka langsung di sekolah-sekolah. Guru berstatus honorer ini, telah mengabdi sebagai guru di SDN Tambora sejak 2008 dan diketahui selama sebulan ia hanya digaji sebesar Rp. 300.000 per bulan. Namun, dalam setahun ia telah mendapat dana BOS sebanyak tiga kali dengan per termin sebesar Rp 1 juta – Rp 1,2 juta.
Nur Fitriana
Masih banyaknya sekolah-sekolah di Indonesia yang minim fasilitas, membuat Nur Fitriana seorang guru di SDN Deresan mengikuti berbagai kepelatihan di dalam maupun luar negeri. Hal ini dilakukan untuk memastikan anak-anak didiknya mendapat pendidikan yang bermutu.
Pada Juni 2018, guru yang biasa disapa dengan nama Bu Fitri ini pun berhasil terpilih dan masuk ke dalam 10 guru Indonesia yang berhak mengikuti program Honeywell Educators Space Academy di US Space & Rocket Center di Huntsville, Amerika Serikat.
Usai mendapat kesempatan tersebut, ia pun langsung memberikan pengajaran mengenai sains kepada murid-muridnya di tempat ia mengajar, mulai dari membangun kincir angin dari bahan bekas, prinsip membangun jembatan dengan sedotan, memanfaatkan buah dan sayuran menjadi energi listrik, hingga water activity.
Fitra Murni
Salah satu guru pengajar dari SMA 3 Padang Panjang ini berhasil meraih dua penghargaan internasional, antara lain Outstanding English Teacher of the Year dan Outstanding Teacher for Innovation in Teaching pada ‘Global Education and Awards 2021’, di India.
Miss Fit (sapaan akrab Fitra Murni) mendapatkan penghargaan tersebut setelah tim juri melihat prestasinya di bidang pendidikan dari tingkat kota, provinsi, nasional hingga internasional.
Penghargaan dari ‘Global Education and Awards 2021’ ia dapatkan bersama 100 pemenang lainnya dari kategori berbeda-beda di 20 negara pada (6/6/2021). Sebelumnya, Miss Fit pernah mendapatkan penghargaan atau juara satu sebagai guru berprestasi tingkat kota Padang Panjang pada 2011, 2014 dan 2017.
Pada 2015, ia juga mendapat Satya Lencana dari Presiden RI, guru Australia-Indonesia Bridge School Partnership Program 2018, Asia Education Foundation 2018. Selanjutnya pada 2019, ia tercatat sebagai seorang penulis terbaik kota Padang Panjang, Prestiged Teacher dari FKP Palanta, Outstanding Senior Secondary Teacher Award dari ‘International Education Summit Awards Thailand’ pada 202 dan lain-lain.
Ia pun telah menulis buku terkait bidang pendidikan, antara lain Teaching Aids, Cerahkan Dunia Pendidikan, The List of English Adjectives, Bridge Antarkan Segudang Prestasi, dan Wujudkan Pendidikan yang Bermartabat.
Yunina Resmi Prananta
Jika kamu mencari namanya di mesin pencari Google, sederet prestasi yang pernah Bu Yunina raih di bidang pendidikan pun langsung bisa diketahui. Yups, salah satu guru SD di SDN Wonolelo, Wonosobo ini telah menorehkan beberapa penghargaan di tingkat nasional maupun internasional.
Kurang lebih 11 tahun mengabdi pada dunia pendidikan, guru lulusan S2 PGSD dari Universitas Negeri Malang ini tercatat telah mengajar sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Saat itu, ia banyak diminta untuk mengajar anak-anak yang kesulitan mengerjakan tugas dari sekolah di sekitar rumahnya.
Menurut Bu Yunna, tantangan terbesar mengajar anak-anak Sekolah Dasar ialah harus berpikir keras untuk menanamkan konsep, dengan tidak mengajarkan untuk menghafal rumus.
Selain itu, ia juga pernah membuat salah satu aplikasi bernama SIPANCA untuk menanamkan nilai Pancasila kepada murid-muridnya Aplikasi berbasis mikrokontroler ini dibuat selama dua minggu dengan menggunakan MIT App Inventor.
Beberapa penghargaan yang pernah diraih Bu Yunina antara lain: juara 1 Indonesian Teacher Prize kategori SD pada 2019, Top 15 PNS Inspiratif pada 2018, peringkat ketiga Olimpiade Guru Nasional pada 2017, Japan ESD Award: ‘Applying Local Wisdom for Environmental Conservation Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology’ pada 2018, Training Program for Excellent Primary School Teacher di Leiden University pada 2018 dan lain-lain.