Sebelumnya kita pernah membahas pertandingan gulat dari Indonesia bernama Gulat Okol. Nah, kali ini ternyata ada lagi pergulatan tradisional lainnya yakni Gulat Bob. Pertarungan ini berasal dari daratan Kimaam, Papua.
Dinamakan Gulat Bob karena pada dasarnya pertarungan ini hanya terjadi di rawa atau bob, seperti lapangan luas. Pergulatan satu ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang, umumnya dilakukan pada sore hari.
Biasanya tradisi satu ini dilakukan oleh masyarakat Marind Anim, di daratan Kimaam, sebagai bentuk penyelesaian permasalahan antara laki-laki kepada perempuan. Meskipun tradisi ini muncul karena adanya konflik percintaan, namun tetap ada peraturannya, loh. Jadi kamu nggak bisa asal main gulat saja, Sob.
Peraturannya adalah baik kedua belak pihak yang bersangkutan saling bertemu keluarga masing-masing. Lalu mereka membahas persoalan yang ada dan menentukan cara untuk penyelesaiannya.
Ketika telah diputuskan, maka salah satu pihak dari keluarga peserta akan membawa pelepah sagu pada pertemuan tersebut. Setelahnya pihak yang menerima tantangan ini akan mengambil daun tersebut dan dibawa saat hari pertandingan.
Lantas, Bagaimana Contoh Permasalahannya?
Ada sepasang kekasih, yang mana pihak perempuan direbut oleh laki-laki lain. Sebelum terjadi perkelahian, maka para tetua adat akan memanggil marga atau klan dari kedua lelaki yang terlibat. Nah, selanjutnya tetua adat mempersilakan kedua laki-laki ini untuk menyelesaikan masalahnya dengan pertarungan Gulat Bob.
Dalam penerapannya, pertandingan ini tak hanya melibatkan dua laki-laki saja. Namun laki-laki yang dianggap kuat oleh marga masing-masing pun turut ikut bertarung dalam gulat ini. Bahu membahu menjadi satu, nih!
Saat hari pergulatan Bob dimulai, pertandingan pun berlangsung meriah. Nantinya bakal ada tabuhan tifa dan sejumlah tarian daerah untuk memeriahkan acara ini. Selain itu, hadir pula seorang wasit yang berfungsi agar gulat ini tetap berjalan adil. FYI, seorang wasit nggak boleh dari marga yang serupa dengan peserta pegulat, ya.
Masih Gunakan Alat Serba Tradisional
Jika pertandingan gulat pada umumnya menghitung waktu atau skor secara digital, hal ini nggak berlaku dengan Gulat Bob. Pergulatan tradisional ini masih menggunakan pelepah daun sagu! Tak hanya itu, para peserta Gulat Bob juga harus mengenakan pakaian tradisional bernama Kuabango yakni tempurung kelapa yang menutupi area alat kelamin. Namun seiring penyesuaian zaman, kini berganti jadi menggunakan celana karet.
Saat ini Gulat Bob telah berubah arti hanya menjadi suatu permainan di kalangan warga Kimaam dalam melatih kemampuan seorang laki-laki menuju masa kedewasaannya. Sesekali permainan ini ditampilkan ketika beberapa acara tertentu.
Agaknya tradisi ini cukup membuat kamu terheran-heran. Sebab pertarungannya melibatkan antar marga atau klan. Menurutmu bagaimana dengan tradisi ini, Sob?