Plastik yang tidak ramah lingkungan karena membutuhkan waktu lama untuk terurai masih mendominasi di kemasan makanan, terutama yang sekali pakai. Selain Plepah, kemasan wadah makanan sekali pakai yang ramah lingkungan terbuat dari pelepah pinang, kini ada juga Go-plate, piring yang berbahan dasar dari daun pohon jati.
Produk ini dibuat oleh Martinus, dosen Teknik Mesin di Universitas Lampung. Ia melakukan riset untuk membuat piring berbahan daun jati sejak tahun 2017. Daun jati dipilih karena selain fungsinya sebagai pembungkus alami dan mudah terurai dalam waktu cepat, daun jati juga memiliki aroma yang khas.
Kelebihan daun jati sebagai bahan dasar piring Go-plate ini ialah mudah ditemukan, mudah dilipat dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun. Terbukti, piring daun jati ini dapat menggantikan plastik sebagai wadah makanan sekali pakai.
Diketahui, setiap tahunnya ada 4.8 juta hingga 12.7 juta ton sampah plastik baru yang mencemari laut dan sebagian besar berasal dari produk plastik sekali pakai. Seperti piring, kotak makanan, sendok, garpu hingga sedotan.
Meskipun sudah banyak gerakan untuk berhenti menggunakan plastik, namun menurut Martinus harus diiringi dengan penggantinya, “Persoalan plastik tidak bisa diselesaikan satu pihak saja. Misal, hentikan penggunaan sampah plastik, karena tidak ada penggantinya,” ujarnya saat Juli 2021 lalu.
Berangkat dari hal tersebut, Martinus terpikir untuk memanfaatkan kearifan lokal seperti membungkus makanan dengan daun pisang, daun waru dan daun jati. Martinus kemudian meracik formula bagaimana agar daun tersebut bisa menjadi awet dan tahan lama serta tahan dengan segala keadaan makanan terutama yang panas dan berkuah.
Untuk membuat piring daun jati, pertama-tama Martinus mendiamkan daun jati sehari semalam. Dibutuhkan tiga lapis daun jati untuk piring sedangkan dua lapis daun jati untuk cangkir. Lapisan yang pertama haruslah tidak beracun karena bersentuhan langsung dengan makanan dan minuman. Biasanya bisa dimasukkan daun kelor yang mengandung Vitamin C atau daun sirsak untuk anti kanker.
Setelah itu lapisan lainnya disemprotkan lem yang bukan berasal dari bahan kimia yaitu sari pati singkong, ketan dan maizena. Lalu daun akan dipress menggunakan mesin cetak selama 2 menit. Di akhir, piring akan disterilkan menggunakan sterilizer selama 10 menit hingga 15 detik.
Sebelum pandemi Covid-19, Martinus menjelaskan bahwa ia bisa memproduksi hingga 4.000 unit piring yang dibanderol dengan harga 1.500-2.000 rupiah per buah. Biasanya banyak digunakan di acara hajatan atau pesta.
Kedepannya Martinus berharap masyarakat Lampung mau menggunakan produk yang sekali pakai tapi tidak berdampak dengan lingkungan, “Harus kita gaungkan bersama, edukasi kepada masyarakat harus dilakukan,” tandasnya.