Menuju ke revolusi industri 5.0 manusia dituntut untuk bisa menguasai berbagai teknologi dengan tingkat kecanggihan berbeda-beda. Adapun teknologi yang harus dikuasai pada revolusi industri 5.0 ini yakni mengoperasikan perangkat keras dan melakukan personal online branding.
Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Reny Yulianti pun menyetujui dengan adanya fenomena yang terjadi di revolusi industri tersebut. Menurutnya saat ini milenial juga dituntut harus bisa inovatif. Maksudnya adalah generasi muda saat ini nggak hanya pintar, tetapi juga harus memiliki jiwa kolaboratif, wirausaha, dan digital minded.
“Namun masalahnya manusianya apakah sudah siap?” tanya Reny dalam webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Dalam hal ini Reny pun memberikan penjelasan secara satu per satu. Semisal dari segi inovatif, anak muda bukan hanya sekadar menciptakan hal baru tetapi juga harus cepat dalam mengeksekusinya. Selanjutnya dari sisi kolaboratif yang berarti seseorang harus menjalin relasi dan kemitraan yang kuat.
Adapun yang dimaksud dari berjiwa wirausaha artinya seseorang harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan tekad yang kuat untuk belajar berwirausaha dengan memanfaatkan teknologi digital.
Terakhir apabila dari sisi digital minded maksudnya adalah belajar untuk hidup berdampingan dengan dunia digital. Termasuk dalam mencakup bekerja berbelanja, transaksi keuangan dan hampir dari segala aspek hidup yang berkaitan dengan digitalisasi.
Tahu nggak sih, melihat data survei Literasi Digital untuk di Indonesia pada tahun 2021 bahwa indeks atau skor Literasi Digital di Tanah Air berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Dengan demikian, dari skor tersebut dapat dibuktikan bahwa literasi digital di negara kita masih termasuk ke dalam kategori sedang.
Maka dari itu, kini Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi dan menebarkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program tersebut dicetuskan sebagai respon dari masalah kesiapan generasi muda saat ini untuk lebih siap menghadapi revolusi industri 5.0.